Jangan Hanya Lihat Besar Gajinya, Begini Permasalahan Utama yang Dihadapi PMI di Jepang

JAKARTA – Sekretariat Nasional Jaringan Buruh Migran, Savitri Wisnu Wardhani, mengungkapkan permasalahan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia di Jepang. Persoalan utama meliputi gaji rendah, biaya penempatan tinggi, dan overstay.
“Ada kebutuhan pekerja di sana, tetapi gajinya kecil dan tidak sesuai kebutuhan hidup,” ujar Savitri saat wawancara bersama RRI, Sabtu (22/2/2025). Hal ini diperparah dengan biaya penempatan yang mencapai Rp50-100 juta, sehingga banyak pekerja terjebak dalam hutang.
Ia menambahkan, selain itu jam kerja panjang juga menjadi kendala bagi tenaga kerja Indonesia di Jepang. Kondisi ini membuat pekerja sulit menyesuaikan diri dan menambah beban fisik maupun mental.
“Masalah jam kerja panjang sering terjadi pada skema pemagangan. Sistem pemagangan ini sering kali tidak diatur secara jelas, sehingga pekerja mengalami eksploitasi,” kata Savitri.
Menurutnya, masalah lainnya adalah minimnya informasi yang diterima pekerja sebelum berangkat ke Jepang. Banyak yang tidak tahu bahwa seharusnya tidak ada biaya penempatan dalam skema pemagangan.
“Mereka tidak tahu soal itu atau tergiur janji pekerjaan di Jepang,” ucap Savitri. Akibatnya, mereka sering kali harus membayar biaya penempatan kepada agen dan LPK sebelum berangkat.
Savitri menyarankan agar pengawasan terhadap LPK lebih ketat dan transparansi informasi diperluas. Selain itu, perlu regulasi yang jelas agar tenaga kerja Indonesia tidak dieksploitasi.
Hingga saat ini, meski sudah ada penertiban, permasalahan ini belum sepenuhnya teratasi. Savitri berharap ada perubahan regulasi yang lebih tegas untuk melindungi tenaga kerja migran Indonesia. []