April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Jawa Barat Menjadi Provinsi Terbanyak Ditimpa Bencana Sepanjang 2022

2 min read
Proses pencarian korban longsor di Cianjur (Foto Istimewa)

Proses pencarian korban longsor di Cianjur (Foto Istimewa)

JAKARTA – Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jawa Barat (Jabar) sebagai provinsi dengan frekuensi kejadian bencana alam tertinggi di Indonesia yakni 814 bencana yang dilaporkan selama periode 2022.

Selain Jabar, terdapat provinsi lainnya seperti Jawa Tengah dengan 474 kejadian bencana alam. Disusul Jawa Timur 393 bencana, Aceh 221 bencana, hingga Sulawesi Selatan dengan 131 kejadian bencana sepanjang tahun ini.

“Provinsi Jabar dan Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan kejadian bencana paling tinggi sepanjang tahun 2022,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Senin (26/12/2022).

Abdul juga menyampaikan bahwa Kabupaten Bogor di Jawa Barat menjadi daerah dengan frekuensi bencana hidrometeorologi paling tinggi di Indonesia. Dalam rentang 2012-2022 misalnya, Kabupaten Bogor mengalami 181 kejadian bencana banjir.

Melihat kondisi itu, Abdul meminta agar pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk sama-sama melihat kondisi lingkungan, kesiapsiagaan masyarakat, serta ketangguhan berbasis desa dan keluarga.

“Sepanjang 2022 jumlah korban meninggal dan kerusakan rumah tertinggi juga berada di Provinsi Jabar. Sedangkan untuk jumlah korban menderita dan mengungsi tercatat yang tertinggi adalah di Provinsi Jawa Tengah,” kata dia.

Lebih lanjut, Abdul juga melaporkan sebanyak 49 kejadian bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang periode sepekan yakni 19-25 Desember 2022. Ia menyebut kejadian bencana alam yang mendominasi adalah cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor.

Rinciannya, bencana banjir terjadi sebanyak 25 kali, tanah longsor lima kali, cuaca ekstrem 16 kali. Sementara itu gempa bumi terjadi sebanyak satu kali, dan gelombang pasang dan abrasi dua kali.

“Dari dampak bencana alam tersebut menimbulkan delapan orang meninggal dunia, hilang empat jiwa, dan mengungsi 93.064 jiwa,” ujar Abdul.

Abdul melanjutkan tren bencana alam pada periode ini merupakan hidrometeorologi basah, yang dipicu oleh cuaca ekstrem, angin kencang dan hujan deras. Dengan demikian, ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam yang diprediksi masih terus berlangsung hingga periode Nataru. []

Advertisement
Advertisement