December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Jokowi : Jadikan Momen Krisis untuk Mengejar Ketertinggalan

2 min read
Presiden Joko Widodo Sampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, Jakarta, Jumat 14 Agustus 2020

Presiden Joko Widodo Sampaikan pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, Jakarta, Jumat 14 Agustus 2020

JAKARTA – Perekonomian sejumlah negara-negara maju diprediksi akan menyentuh level minus. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo meminta hal tersebut dijadikan peluang dan momentum bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan.

Jokowi mengatakan, ibarat komputer, perekonomian semua negara saat ini sedang macet, sedang hang. Untuk itu, semua negara harus menjalani proses mati komputer sesaat, harus melakukan restart, dan harus melakukan rebooting.

“Semua negara mempunyai kesempatan men-setting ulang semua sistemnya,” kata dia saat pidato kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI, Jakarta, Jumat (14/08/2020).

Lebih lanjut, dia mengatakan saatnya Indonesia membajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar, mengingat pada usia ke-75 tahun Indonesia telah menjadi negara Upper Middle Income Country.

“Dua puluh lima tahun lagi, pada usia seabad Republik Indonesia, kita harus mencapai kemajuan yang besar, menjadikan Indonesia Negara Maju,” kata Jokowi.

Krisis disebut telah memaksa Indonesia untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa.

Jokowi mengatakan krisis juga mengubah dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart shortcut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil.

Untuk itu, pola pikir dan etos kerja diminta harus berubah. Fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan.

Tidak hanya itu, efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi disebut juga harus diprioritaskan. Jokowi mengatakan kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional harus ditingkatkan dan tidak menyia-nyiakan pelajaran yang diberikan oleh krisis.

“Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” ujar dia.

Untuk diketahui, perekonomian yang memburuk tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi secara global karena pandemi covid-19. Bank Dunia melansir bahwa resesi sudah hampir pasti terjadi di seluruh wilayah ekonomi dunia.

Resesi akibat covid-19 disebut yang terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia II. Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah melansir proyeksi serupa. Bahkan, dalam outlook yang dipublikasikan pada bulan April 2020, IMF menyebut resesi kali ini lebih dalam daripada era Great Depression pada tahun 1930-an.

Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) pun melansir proyeksi yang sama. Dalam laporan terbarunya, OECD menyebut, pandemi covid-19 semakin membuat dunia terseret dalam jurang resesi terburuk di luar periode perang dalam 100 tahun.

OECD menyebut, dampak ekonomi akibat virus corona sangat buruk sekali. Pemulihannya akan lambat dan krisis akan memiliki dampak yang bertahan lama, secara tidak proporsional mempengaruhi golongan masyarakat yang paling rentan.

Untuk diketahui, pemerintah telah menganggarkan total biaya penanganan pandemi covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp695,20 triliun.

Rincian alokasinya adalah untuk kesehatan sebesar Rp87,55 triliun, perlindungan sosial Rp203,90 triliun, insentif usaha Rp120,61 triliun, UMKM Rp123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp53,57 triliun, sektoral K/L dan Pemda Rp106,11 triliun. []

Advertisement
Advertisement