Kasus Corona Melambung Tinggi, Indonesia Siapkan Masker Lima Lapis
JAKARTA – Melambung tingginya pandemi COVID-19 di Indonesia membuat semakin sulit melihat kapan titik akhir itu terjadi.
Sudah lebih dari 200 ribu orang terinfeksi Covid-19 di Tanah Air. Setiap hari, kasus positif bisa mencapai 3 ribuan kasus. Memakai masker diyakini masih menjadi salah satu yang paling ampuh dalam mencegah penularan.
Juru bicara Satgas Nasional Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, satgas sudah menyiapkan masker dengan teknologi baru yang lebih efektif mencegah masuknya virus Covid-19 ke tubuh manusia. Masker tersebut adalah masker dengan kain lima lapis yang diproduksi di Indonesia dan sudah diuji coba di Jerman.
Masker tersebut mempunyai kemampuan filtrasi setara masker bedah. Proses penyaringan virus mencapai 88 persen dan penyaringan bakteri 99 persen.
“Masker ini berbahan baku utama polyester dengan teknologi antibakteri pada setiap benang. Meski 5 lapis, namun pemakai masker ini tidak akan kesulitan untuk bernapas,” kata Wiku dalam webinar Teknologi Baru Masker Melawan Covid-19 yang diselenggarakan Katadata, Rabu (09/09/2020).
Wiku menambahkan, masker bedah hanya bisa menyaring 80-90 persen virus dan 95-98 persen bakteri. Menurut dia, masker lima lapis ini dibuat dengan teknologi inovatif sehingga dapat menyaring dan mengikat partikel hingga seukuran virus dengan tingkat kemampuan untuk bernapas yang baik.
“Rencananya Satgas akan segera membagikan masker lima lapis ini kepada masyarakat. Diharapkan, pembuatan masker lima lapis ini juga bisa menggerakkan UMKM agar bisa membuat hal yang sama,” jelasnya.
Sementara itu, Inisiator dan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono mengatakan, masker menjadi satu-satunya senjata untuk melawan Covid-19 selama vaksin belum berhasil dibuat.
Namun, bukan tugas yang mudah untuk mengedukasi masyarakat untuk mau memakai masker.
Gerakan Pakai Masker yang merupakan inisiasi sejumlah relawan dari kalangan profesional sudah melakukan sosialisasi penggunaan masker ke sejumlah tempat antara lain pesantren, pasar rakyat dan tempat wisata.
“Kami sudah mendatangi 9.200 pasar di seluruh Indonesia dan 44 ribu pesantren. Tapi memang tidak mudah, masih banyak yang belum disiplin. Yang kami lakukan bukan meminta orang untuk memakai masker saja tetapi melakukan Gerakan perubahan perilaku,” ujar Sigit.
Sigit juga mengusulkan pembentukan Satgas Penanganan Wabah Covid-19 Jakarta Metro Raya. Menurut dia, manajemen penanganan pandemi harus diubah dan menggunakan pendekatann batas wilayah pemerintahan ke pendekatan kota raya dan berdasarkan pergerakan manusia yang ada di kota tersebut.
“Virus tidak mengen batas imajiner yang diciptakan oleh manusia yang disebut batas wilayah pemerintahan. Virus mengikuti pergerakan manusia. Karena itu perlu dibentuk Satgas Jakarta Metro Raya yang akan menangani 32 juta penduduk. Karena sebagian besar yang beraktivitas di Jakarta tinggal di kota sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi,” ujarnya.[]