December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Keguguran Bisa Dideteksi Dari Setiap Tahap Kehamilan

3 min read

Topik tentang keguguran merupakan subjek yang sangat sensitif, terutama bagi wanita yang mengalaminya. Namun nyatanya, risiko keguguran selalu dapat terjadi kapan saja, terutama dalam 20 minggu pertama masa kehamilan. Tak hanya berdampak pada fisik ibu, keguguran juga menekan sisi emosional ibu dengan cara yang intens.

Dilansir dari Prevention, banyak kaum wanita yang ternyata mengalami keguguran, sebelum mereka menyadari bahwa mereka tengah hamil.

 

Penyebab keguguran

Terkadang, dokter tidak bisa menjelaskan mengapa keguguran dapat terjadi. Tapi hampir setengah dari kasus keguguran terjadi karena jumlah kromosom dalam embrio yang dikandung ibu tidak normal.

Faktanya, proses reproduksi tidaklah selalu sempurna. Dan perkembangan embrio yang tidak sempurna pada akhirnya bisa berujung pada keguguran. Masalah lainnya yang bisa memicu keguguran bisa berasal dari kondisi rahi atau serviks, atau infeksi (seoerti penyakit yang ditularkan secara seksual).

Ada beberapa wanita yang lebih berisiko mengalami keguguran dibandingkan wanita lain: Wanita yang usianya lebih dari 35 tahun, punya riwayat dua kali keguguran atau lebih, menggunakan obat-obatan atau alkohol, merokok, atau wanita yang terekspos senyawa kimia yang berbahaya.

Terlepas dari faktor-faktor risiko di atas, setiap kasus keguguran pastinya akan memengaruhi sisi emosional ibu – tapi semuanya pada akhirnya akan membaik.

 

Gejala keguguran

Jika ibu mengalami salah satu gejala di bawah ini, segera periksakan diri ke dokter kandungan yang bisa membantu menghentikan pendarahan dan mencegah infeksi.

 

Minggu ke-2 sampai 4

Kebanyakan wanita tidak mengetahui kalau mereka tengah hamil, khususnya dalam beberapa minggu pertama kehamilan (hanya tes kehamilan yang sangat sensitif yang dapat mendeteksi kehamilan di usia dini). Kemugkinan besar, keguguran yang terjadi pada periode ini bahkan tak disadari oileh si ibu – dan disalahartikan sebagai siklus menstruasi biasa yang keluar jadwal (gejalanya sama, yaitu pendarahan dan kram perut).

 

Minggu ke-4 sampai 12

Dalam trimester pertama kehamilan, gejala keguguran yang dialami biasanya sama, yaitu pendarahan. Intensitasnya bervariasi, mulai dari bercak-bercak ringan, menggumpal sampai pendarahan hebat. Warna darah yang dikeluarkan bisa berwarna kecokelatan, pink, merah gelap atau merah terang. Semakin besar pendarahan yang terjadi, semakin besar kemungkinannya ibu mengalami keguguran.

Selain kram di wilayah abdomen atau panggul, ibu juga bisa mengalami nyeri di bagian pinggang. Tingkat kenyamanannya berbeda-beda, ada yang minimal dan ada juga yang kronis. Dan nyeri ini juga bisa menyebar ke kaki bagian atas.

Intensitas pendarahan dan kram pada periode ini terkadang (tidak selalu) berhubungan dengan durasi masa kehamilan. Hanya saja, semakin banyak jaringan yang sudah dibentuk di dalam rahim, semakin banyak yang harus dikeluarkan tubuh saat keguguran terjadi – sehingga pendarahan dan kram pun akan lebih intens seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Setelah keguguran terjadi, gejala kehamilan yang ibu alami (nyeri pada bagian payudara, mual, lelah, dan sebagainya) biasanya akan langsung menghilang. Hal ini mensinyalkan bahwa level hormon kehamilan mulai menurun.

 

Minggu ke-12 sampai 20

Memasuki trimester ke-dua, gejala keguguran bisa mencakup kejang pada panggul dan keluarnya lendir dari vagina. Pendarahan dan kram juga akan terjadi.

 

Ada dua kasus pengecualian yang harus tetap diwaspadai ibu

Yang pertama adalah kehamilan ektopik, kondisi di mana sel telur yang dibuahi malah terimplan di luar rahim (bisa di tuba fallopi, ovarium, serviks, lever/hati atau di usus). Dalam kasus ini, kehamilan tak akan terjadi dan bisa menyebabkan robek – yang berujung pada keluarnya pendarahan dari vagina, kram ekstrem, pusing dan pingsan. Gejalanya hampir sama seperti keguguran, namun kondisi ini bisa membahayakan nyawa ibu.

Yang ke-dua adalah kehamilan molar, yang terjadi ketika jaringan dalam rahim malah berkembang menjadi sebuah tumor. Plasenta tak terbentuk dengan benar, sehingga jaringan yang terbentuk malah bertumbuh menjadi sebuah massa tumor yang memenuhi rahim. Pendarahan hebat akan terjadi, disertai dengan keluarnya substansi sebesar anggur dari vagina. Biasanya, pemeriksaan USG bisa mendeteksi kehamilan molar, jadi kondisinya dapat ditangani sebelum memarah. []

Advertisement
Advertisement