Keutamaan Menahan Amarah, Salah Satunya Akan Menjadikan Kita Orang Terkuat di Dunia
JAKARTA – Marah adalah timbulnya perasaan emosi yang disebabkan adanya pertentangan terhadap seseorang setelah diperlakukan tidak benar.
Kemarahan membantu kita memahami bahwa kita merasa dirugikan dan memberi dorongan untuk bertindak atau memperbaiki keadaan.
Marah merupakan luapan emosi yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. “Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena mencari keridhaan Allah.” (HR. Ahmad).
Mengutip dari kumparan.com, salah satu akibat dari sikap marah yang tak kunjung diselesaikan adalah putusnya tali silaturahmi dengan sesama umat Muslim. Marah merupakan sifat dasar yang dapat mendorong kita ke perbuatan dosa, seperti iri, dengki, ghibah, dan sikap tak terpuji lainnya.
Akibatnya, bukan hanya hubungan persaudaraan yang memburuk dengan sesama Muslim, hubungan dengan Allah pun semakin jauh. Umat Muslim yang melakukannya pun harus membayarnya di akhirat kelak. Ini jelas bukan sesuatu yang disukai Allah SWT.
Sementara itu, Rasulullah SAW memiliki caranya sendiri untuk mengendalikan amarah yang dianjurkan untuk umat Muslim. Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).
Dan ingatlah, jika mendapat perlakuan buruk dari seseorang yang membuat marah, jangan membalasnya dengan perbuatan buruk pula. Allah berfirman:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejelekan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Al-Fushilat: 34-35).
Mengutip dari tabungwakaf.com, berikut ini beberapa keutamaan menahan amarah yang penting untuk kita ketahui:
- Menjadi manusia paling kuat sejagad
Salah besar jika seseorang merasa kuat hanya karena pandai bergulat atau kebal senjata tajam. Manusia terkuat adalah mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika dalam keadaan marah.
Mengapa demikian? Karena ketika kita dikuasai amarah, logika berpikir seolah terbakar sehingga seseorang tak dapat berpikir dengan baik, maka jika ia mampu tetap mengendalikan diri dan tidak melampiaskan amarahnya pada tempat keliru, sesungguhnya ia adalah sosok yang kuat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menyatakan hal ini dalam beberapa hadisnya:
“Orang yang paling kuat bukanlah orang yang tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah. (HR. Muslim No.4723).
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari).
Allah mengampuni kesalahan-kesalahan orang yang mampu menahan amarahnya. Ketika kita mampu memaafkan orang lain dan tidak melampiaskan amarah padanya, maka Allah pun akan mengampuni dan menyayangi diri kita.
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14).
- Berhak memilih bidadari surga
Seseorang yang dapat menahan amarah, maka Allah akan memuliakannya kelak di hari kiamat dan ia diperbolehkan memilih bidadari surga yang disukainya.
“Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
- Termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan
Orang-orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang bertakwa dan berbuat kebajikan.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imran: 134).
- Lebih sehat secara fisik
Penelitian dari University of California San Diego tahun 2012 menemukan bahwa, orang-orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung lebih rendah risikonya mengalami lonjakan tekanan darah.
Selain itu, salah satu hal yang berisiko menyebabkan kematian dini adalah marah. Riset dari Lowa State University menunjukkan, 25 persen orang yang suka marah memiliki risiko kematian 1,57 kali lebih besar dibanding mereka yang lebih sedikit merasa marah. Penelitian diambil dari 1.307 pria yang telah dipantau selama 40 tahun.
Apabila diri kita mampu mengendalikan amarah, kita dapat mengubah musibah menjadi anugerah dalam kehidupan yang sementara ini, karena setiap kali ada seseorang yang membuat diri kita marah akan tetapi, kita dapat mengendalikan diri tak terbawa emosi, maka saat itu pula Allah SWT memberi ampunan dan keridhaan-Nya untuk kita. []