Kunjungi Beberapa Desmigratif, Ini yang Dilakukan Kemnaker
JOGJAKARTA – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersama petugas Desa Migran Produktif (Desmigratif) meninjau sejumlah lokasi pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di Yogyakarta.
Peninjauan ini ditujukan untuk menggali dan mendiskusikan tantangan kondisi di lapangan dalam pelaksanaan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan program Desmigratif.
“Dari hasil kunjungan ini diharapkan dapat memberi inspirasi dalam pelaksanaan pelayanan dan pemberdayaan PMI dan keluarganya di daerah masing-masing,” kata Direktur Penempatan dan Pelindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Eva Trisiana, di Yogyakarta, Selasa (08/12/2020).
Adapun 7 lokasi pemberdayaan masyarakat di DIY yang dikunjungi adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Sleman, Desa wisata Garongan, Bumdes Tridadi Makmur, Jejamuran, Koperasi Ikapim, Khansa Snack and Food, dan Hidroponik.
Selanjutnya, Eva menjelaskan dalam Program Desmigratif, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa dapat menjalankan fungsi/peran sesuai kewenangannya untuk memberikan upaya perlindungan yang maksimal bagi PMI termasuk anggota keluarganya.
Melalui peninjauan ini, diharapkan para petugas Desmigratif memiliki pandangan dan motivasi dalam meningkatkan layanan, pemberdayaan, dan pelindungan kepada calon PMI, PMI, dan keluarganya.
“Termasuk mengenai bagaimana usaha- usaha yang dibangun dan diinisiasi oleh para mantan PMI bisa dapat berhasil sekaligus memberikan manfaat dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar,” kata Eva.
Cerita Pekerja Migran
Dalam peninjauan ini, para petugas Desmigratif juga menemui sejumlah PMI purna (mantan PMI). Salah satunya adalah Agus Sugiarto (42 tahun), mantan PMI di Jepang tahun 2002 hingga 2008.
Agus mengatakan, sepulangnya bekerja sebagai pekerja migran, dirinya telah mencoba berbagai jenis usaha, tapi semuanya mengalami kegagalan.
Hasil tabungannya selama bekerja di Jepang pun akhirnya ludes tanpa sisa. Padahal cita-citanya saat kembali dari Negeri Matahari Terbit adalah ingin menjadi pengusaha.
Setelah itu, pencanangan Desa Wisata Garongan di Sleman pada tahun 2008 pun tak diliriknya. Bersama tema-teman senasibya eks PMI, Agus akhirnya mengembangkan konsep desa Wisata Garongan menjadi wisata edukasi sejak 2013.
Dengan potensi wisata minim dan 30 karyawan, Agus terus berjuang mengeksplorasi wisata kegiatan di Desa Garongan.
“Sebelum pandemi, sepanjang 2019, sebanyak 23.000 wisatawan telah berkunjung ke Desa Garongan. Namun sejak pandemi 2020, menurun drastis karena tak ada satu pun pengunjung ke Desa Garongan,” pungkas Agus. []
Sumber Kemnaker