April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Lupakan Suami Di Ladang Sawit, PMI Hong Kong Asal Ponorogo Ternyata “Terkiwir-Kiwir” Bule

4 min read

“Dulu kami sama-sama tinggal di gubug ini, di tengah ladang sawit. Tapi pas Wiwit Hamil, dia saya suruh pulang ke Sawo, supaya lahiran ada yang nolongin ada yang bantuin” tutur Miskan (57), seorang PMI Malaysia Asal Sukorejo Ponorogo saat mengawali percakapan dengan Koresponden ApakabarOnline.com di Malaysia siang tadi (14/08/2018).

“Setelah bayi kami lahir, dan berjenis kelamin perempuan, saya begitu mendapat kabar, langsung pulang ke Sawo. Ngurusi macem-macem, mulai slametan, ngasih nama sampai nyiapin keperluan bayi yang masih kurang. Itu kejadiannya dulu, tahun 1991” lanjutnya.

Miskan menambahkan, demi kebaikan anak dan istrinya, serta demi keterjaminan pendidikan untuk putrinya, Miskan memutuskan untuk kembali ke Malaysia seorang diri, tanpa membawa istrinya seperti sebelum mereka punya anak. Dan setiap bulan, Miskan selalu mengirimkan uang kepada Wiwit (46)  istrinya di kampung halaman Ponorogo.

Tidak pernah terlintas sedikitpun pikiran buruk Miskan kepada Wiwit sang istri tercinta, sampai sebuah kabar memalukan terdengar sampai telinganya. Meskipun setahun sekali Miskan pulang ke Ponorogo, namun, di kampung halaman, Wiwit di gerebeg warga sebuah desa di wilayah kecamatan Sambit karena kedapatan berselingkuh dengan seorang pria yang ditinggal istrinya pergi ke Taiwan.

Buntut dari peristiwa tersebut, disamping ada sangsi yang harus Wiwit terima, juga menjadi tamparan menyakitkan untuk Miskan, sang suami yang telah sepenuhnya menaruh kepercayaan kepada istrinya. Belum lagi beban sosial keluarga yang menanggung malu di masyarakat.

Saat Miskan pulang ke Ponorogo, mengklarifikasi peristiwa tersebut, Wiwit langsung bersujud di kaki Miskan, memohon ampunan. Dan akhirnya, saat Miskan kembali berangkat ke perkebunan Kelapa Sawit kawasan Kampung Asli Pulau Kempas Banting Selangor Malaysia Malaysia, Miskan telah memaafkan Wiwit sang istri tercinta.

“Tapi ulahnya belum berhenti disitu mas, saya sedang di malsyais, kira-kira saat itu anak kami belum genap lima tahun umurnya, tiba-tiba saya dapat kabar dari kakak ipar saya, memberi tahu kalau tanpa sepengetahuan keluarga, Wiwit pergi ke Hong Kong. Itu kejadiannya tahun 1996.” tambah Miskan.

Tentu sebagai seorang suami, kabar perginya Wiwit ke Hong Kong menjadi kabar yang menyakitkan. Dan Sebagai seorang ayah, Miskan tidak sanggup bertahan untuk tidak pulang meskipun belum waktunya pulang ke Ponorogo, lantaran terbayang nasib anak perempuannya yang ditinggalkan istrinya.

“Saya terpaksa pulang karena ingat anak saya. Saya ambil dari keluarga mertua, lalu saya bawa pulang ke keluarga saya sampai sekarang” lanjutnya.

Ulah Wiwit yang menyakitkan hati Miskan belum berhenti sampai disitu. Sepeninggal Wiwit ke Hong Kong yang tanpa pamitan, tak satupun keluarga yang mengetahui jejak Wiwit di Hong Kong sejak dia berangkat tahun 1996 hingga sekarang.

“Setiap kali saya ditanya anak saya, saya sampai bingung bagaimana menjawab ibunya itu dimana” kenang Miskan.

Banyak tetangga Wiwit dari Sawoo maupun tetangga Miskan dari Sukorejo yang bekerja ke Hong Kong, namun tak satupun dari mereka yang mengetahui dimana Wiwit berada.

“Tahun 2007, tiba-tiba ada tetangga di Sukorejo yang ngabari, kalau dia ketemu Wiwit. Bahkan nunjukin poto. Kebetulan tetangga tersebut sedang cuti pulang. Lalu saya minta tolong ke tetangga tersebut untuk membantu mencari Wiwit. Tapi tidak berhasil menemukan, sampai akhirnya tetangga tersebut sekarang sudah pulang.” Imbuhnya.

Miskan menambahkan, kepastian akan kondisi Wiwit barulah dia dapatkan beberapa bulan yang lalu, saat tanpa sengaja, seorang saudara dari pihak mertua Miskan uyang bekerja ke Hong Kong tiba-tiba menemukan jejak Wiwit.

“Ada keponakan dari istri saya yang kerja ke Hong Kong ketemu. Dan ternyata, apa yang dia temukan itu pahit banget buat saya, buat anak saya, dan buat seluruh keluarga di Ponorogo. Sebab Wiwit ternyata gendaan dengan bule. Sudah seperti pelacur itu kelakuannya” jelasnya.

Dari temuan sepupu Wiwit yang saat ini bekerja di Hong Kong akhirnya terkuak fakta, bahwa Wiwit selama ini memang sudah tidak ada ihtiyar untuk menghubungi anak, menghubungi suami, orang tua maupun mertua di Ponorogo.

“Katanya dia menikah lagi dengan orang Gunung Kidul dan punya anak satu laki-laki. Tapi persisnya bagaimana saya tidak tahu. Bisa saja dia menikah dengan orang Gunung Kidul lalu dicampakkan seperti saya, lha wong dia di Hong Kong kelakuannya begitu, seperti “lonthe” yang tidak laku. “ tegas Miskan.

Melalui ApakabarOnline.com, Miskan menitipkan pesan, supaya Wiwit ingat kodratnya dan ingat asal usulnya. Berikut kutipan pesan Miskan :

Wit, kowe iku pancen wong wadon bubrah. Kelakuanmu ngalah ngalahne kewan. Kowe opo ora eleng naliko awake dewe urip neng tengah kebun sawit, mbiyen angen-angenmu opo marang rumah tanggane awake dewe ?

Lha kok bar ngunu, malah kowe-kowe dewe sing mbubrahi angen angen kuwi. Kowe opo ora wedi balesane ning akhirat mbesuk ?

Kamu memang perempuan yang tidak punya rasa syukur. Sudah enak-enak disuruh dirumah tidak usah kerja, malah “nujah-nujah” tergila-gila dengan laki-laki Tamansari, akhirnya kamu digerebeg dan membuat malu keluarga.

Aku tidak berharap sama sekali akan melanjutkan hubungan rumah tangga kita, sebab aku sudah memutuskan untuk serius mendidik dan emmbesarkan Ningrum anak kita yang Alhamdulilah sekarang sudah jadi sarjana, sudah jadi dosen, dan sekarang sedang kuliah lagi biar menjadi Doktor. Kamu apa tidak malu sama anakmu ? anakmu juga perempuan. Sebagai sesama perempuan, kamu apa tidak pernah mikir bagaimana perasaan anakmu Wit ?

Aku akan tetap bekerja disini sampai tenagaku tidak mampu lagi bekerja. Selanjutnya aku kalau pulang akan ikut Ningrum dimana dia tinggal. Najis kalau kamu sampai menyentuh Ningrum.

Kelakuanmu ngalah ngalahne kewan, As* wae isih nduwe ati marang getihe, ora koyo kowe sing bejat dadi intipe neroko

Miskan berharap, petaka rumah tangga yang menimpanya, sebaiknya dijadikan contoh kasus agar bagi pasangan keluarga pekerja migran lainnya tidak mengalami hal serupa.

“TKI membina rumah tangga itu tidak ringan mas. Kesetiaan dan kepercayaan itu penting kalau rumah tangga TKI mau utuh dan bahagia. Bagi TKW Hong Kong maupun bagi perempuan istri TKI dimana saja, tolong, jangan tiru kelakuan istri saya, Jadikan pengalaman saya ini contoh untuk membuat kalian semua berhati-hati” pungkas Miskan. [Heri/Asa]

Advertisement
Advertisement