Masuki Tahun Babi, Hong Kong Hadapi Masalah Serius Dengan Populasi dan Serangan Babi Hutan
HONG KONG – Saat Hong Kong tengah merayakan Tahun Babi, Negeri Beton ini menghadapi masalah pengendalian babi hutan liar yang mengundang pro dan kontra.
Dikenal sebagai negeri yang padat dengan gedung pencakar langit, Hong Kong juga memiliki pegunungan subtropis dan lahan hijau yang menjadi habitat kawanan babi liar Eurasia yang kini jumlahnya berkembang pesat.
Seiring perkembangan zaman, padatnya populasi manusia membuat populasi babi liar semakin tersudut.
Ada banyak kasus keberadaan babi liar yang dianggap meresahkan masyarakat. Mulai dari yang berlarian di tengah jalan, lintasan pesawat, sampai jatuh dari langit-langit toko.
Menukil dari CNN, tumpukan sampah di tempat terbuka, area memasak yang tak beratap, sampai kebiasaan manusia yang memberi makan, membuat populasi babi liar semakin berkembang.
“Mereka berbahaya bagi pejalan kaki saat mereka berlarian dari bukit. Mereka menimbulkan ancaman bagi yang lebih tua dan yang lemah, bahaya terhadap lalu lintas dan pejalan kaki,” kata anggota dewan lokal Chan Chit-kwai, yang mengaku ingin segera melihat langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi populasi babi hutan.
“Untuk kasus babi liar dan manusia, tidak semudah orang-orang mengatakan kita semua bisa hidup berdampingan dengan damai,” tambahnya.
Otoritas kota mengatakan jumlah laporan atas gangguan babi liar telah lebih dari dua kali lipat, dari 294 kasus pada tahun 2013 menjadi 679 kasus hanya selama Januari hingga Oktober 2018.
Kasus babi liar versus manusia yang menyebabkan cedera juga telah dilaporkan.
Pada bulan Oktober, dua orang tua digigit oleh babi hutan di dekat taman kota, sementara empat bulan sebelumnya dua orang perlu dijahit setelah mereka diserang di dekat Universitas Hong Kong, media lokal melaporkan.
Departemen Pertanian, Perikanan dan Konservasi (AFCD) di kota itu sekarang mempertimbangkan menyuntik mati babi hutan “berisiko tinggi” yang dianggap agresif atau memiliki catatan menyerang manusia.
“Dalam kasus-kasus itu, kami berencana menggunakan obat-obatan untuk menyuntik mati babi hutan,” kata petugas konservasi Cheung Ka Shing kepada wartawan.
Badan tersebut juga telah mensterilkan 54 babi liar yang secara teratur muncul di dekat daerah perkotaan dan memindahkan 92 lainnya ke lokasi yang lebih terpencil.
Beberapa politisi lokal telah mengusulkan langkah-langkah yang lebih aktif seperti menghadirkan pemangsa babi liar, melegalkan perburuan, sampai memindahkan babi ke pulau yang tidak berpenghuni-gagasan terakhir yang tak mendapat banyak perhatian karena kawanan babi liar ini diketahui bisa berenang.
Seharusnya Bisa Harmonis
Tetapi banyak yang masih ingin melindungi kawanan babi liar. Di dekat pintu masuk Aberdeen Country Park, satu keluarga babi liar tertidur di bawah sinar matahari yang hangat. Tak jauh dari situ, terlihat tiga lansia sedang bermain kartu dengan santai.
“Saya tidak takut. Selama Anda tidak menyodok mereka atau melemparkan benda ke arah mereka, mereka akan baik-baik saja,” kata Fung (73) salah satu dari kawanan lansia itu.
“Mereka telah menjadikan taman pedesaan Aberdeen sebuah daya tarik,” kata Lai (70), yang mengatakan bahwa dia sering bertemu babi hutan saat mendaki bukit.
“Selama kamu tidak menyerang mereka, mereka tidak akan menyinggungmu. Terlalu brutal untuk membunuh mereka,” tambahnya.
AFCD mengatakan mereka tidak memiliki perkiraan total populasi babi liar di Hong Kong, tetapi pendataan kamera pengawas di taman-taman telah mencatat peningkatan jumlah dan penyebaran yang lebih luas dibanding 20 tahun lalu.
Para ahli mengatakan, makanan babi hutan adalah 90 persen nabati dan mereka tidak perlu diberi makan oleh manusia, yang biasanya mereka hindari.
“Mereka seharusnya tidak mendatangi orang-orang untuk meminta makanan, atau untuk menyerang. Perilaku agresif mereka merupakan tindakan bela diri,” kata Chan Po Lam, seorang petugas konservasi lahan basah dan fauna di AFCD.
Di taman Aberdeen sebuah spanduk memperingatkan pengunjung untuk tidak memberi makan hewan liar. Tetapi beberapa mengabaikannya.
Seorang pria menebarkan sepotong roti putih di atas rumput, segera menarik perhatian seekor babi liar yang berlarian dari dalam hutan.
“Saya percaya orang memberi makan hewan liar karena kebaikan, tetapi itu mendorong mereka untuk lebih sering bergaul di komunitas manusia,” kata Chan.
Veronique Che, dari Hong Kong Wild Boar Concern Group, mengatakan hewan-hewan itu tidak boleh disalahkan karena sejatinya padatnya populasi manusia membuat habitat mereka berkurang.
“Banyak masalah yang berkaitan dengan babi liar sebenarnya diciptakan oleh manusia,” katanya.
Di ujung jalan dari Aberdeen Country Park terdapat sebuah perumahan, yang tanah di bawah pagar pembatasnya terlihat sudah digali oleh babi liar.
Kawanan babi liar menggali tanah tersebut untuk masuk ke dalam perumahan dan mengorek tempat sampah milik warga.
Ketika sekelompok babi hutan muncul, warga tak mengusirnya, melainkan malah mengambil foto dari ponsel mereka sementara anak-anak menyapa dengan suara “oink” yang bersemangat.
“Seharusnya ada keharmonisan antara babi hutan manusia dan liar,” kata Che.
“Manusia seharusnya tidak memperlakukan babi hutan sebagai ancaman, atau sebagai hewan peliharaan.” pungkasnya. []