April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Membaca Perbedaan Data Penyandang Disabilitas di Indonesia

2 min read

JAKARTA – Parameter untuk menentukan kategori penyandang disabilitas dari masing-masing negara dan lembaga berbeda-beda. Hal itu yang menyebabkan tidak adanya jumlah pasti penyandang disabilitas di dunia.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Pusat Studi Difabilitas (PSD) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS), Munawir Yusuf dalam diskusi daring yang diadakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (12/08/2020).

Dia menyebutkan, data International Labour Organization (ILO) tahun 2017 melansir, jumlah penyandang disabilitas diperkirakan mencapai 15% dari polulasi penduduk dunia. Diperkirakan ada 110 sampai 190 juta orang dewasa mengalami kesulitan fungsional, dan 93 juta anak hingga remaja hidup dalam kondisi disabilitas. “Anak remaja rentan usia 1-20 tahun,” kata Munawir.

Sementara itu di Indonesia, lanjut dia, menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2017, jumlah penyandang disabilitas sebanyak 11.580.117 juta orang. Di mana, ada tiga juta penyandang disabilitas penglihatan.

Kemudian, tiga juta penyandang disabilitas fisik; 2,5 juta penyandang disabilitas pendengaran; 1,3 juta penyandang disabilitas mental; dan 1,1 juta penyandang disabilitas kronis.

Akan tetapi, menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun yang sama, penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 24 juta orang. Termasuk di dalamnya orang tua disabilitas mental dan intelektual.

“Artinya orang tua yang sudah tidak bisa mengatur diri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain,” ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa kondisi disabilitas nasional pada umumnya dipengaruhi karena faktor kesehatan, misalnya penyakit bawaan. Selain itu juga disebabkan faktor lain, seperti ekologi, gaya hidup, konflik, serta sosial.

Maka dari itu, disabilitas butuh perlindungan dan kesempatan dari berbagai pihak, karena mereka rentan di-bully, didiskriminasi, dilemahkan, dilecehkan dan dibatasi hak-haknya.

“Sesungguhnya mereka tangguh, tapi rentan. Mereka juga sebenarnya bisa melakukan apa yang kita kadang-kadang tidak dapat melakukannya,” pungkasnya. []

Advertisement
Advertisement