Memutuskan Tak Kembali ke Hong Kong, Ini yang Dilakukan Rini Sehari-Hari
PONOROGO – Situasi pandemi membuat niatan banyak warga negara Indonesia yang ingin berangkat ke luar negeri menjadi PMI mengalami berbagai kesulitan. Hal tersebut salah satunya dialami oleh mantan PMI Hong Kong asal Singkil Balong Ponorogo bernama Pusparini.
Perempuan yang akrab disapa Rini ini memilih untuk tidak kembali lagi ke Hong Kong setelah tanpa sengaja menemukan jalan rejeki di kampungnya sendiri.
Jalan tersebut adalah Padepokan Tempe Benguk, sebuah nama yang dia gunakan untuk menamai warung usaha gorengannya.
Warung yang terletak di dalam desa Singkil tersebut ternyata cukup menarik perhatian banyak warga. Secara tutur tinular, komoditi andalan yakni tempe benguk mampu dikenal banyak kalangan baik didesanya maupun dari luar desa.
“Yang paling laku untuk takjil ya tempe benguk. Ini dari biji kara atau disebut benguk,” ujarnya.
“Kalau tempe benguk itu biasanya makannya sama puli. Atau buat takjil dicocol sambal kecap, cocok banget,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Pusparini menambahkan, dalam sehari bisa menghabiskan 3-5 kg benguk atau biji kara. Bahan tersebut diolah menjadi 100-500 bungkus tempe benguk. Proses pembuatannya pun berbeda dengan tempe pada umumnya. Biasanya, proses pembuatan tempe kedelai hanya sehari. Sedangkan tempe benguk proses pembuatannya 3 hari 2 malam.
“Satu hari bisa dapat Rp400 ribu. Bisa juga dapat Rp700 ribu per harinya. Apalagi tahun baru, bisa lebih dari Rp700 ribu,” pungkasnya. []