Mengenal Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan
JAKARTA – Menjelang ramadan, salah satu yang dilakukan pemerintah dan berbagai ormas Islam adalah menetapkan awal dan akhir bulan suci ini. Selama ini, dikenal dua metode untuk menentukan awal Ramadan, yaitu hilal (rukyat) dan hisab.
Metode pertama adalah hilal (rukyat). Sebagaimana yang dilansir dari okezone.com, hilal merupakan proses mengamati visibilitas hilal di langit. Hilal sendiri yakni bulan sabit pertama setelah datangnya ijtimak.
Waktu terbaik melakukan adalah menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak.
Jika hilal terlihat, maka pada waktu maghrib waktu setempat telah memasuki tanggal 1. Guna melihat hilal, cukup menggunakan teleskop standar.
Namun, dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan teleskop yang dilengkapi CCD Imaging untuk lebih memperjelas tampilan hilal.
Sedangkan metode kedua adalah hisab. Sebagaimana dikutip detik.com, hisab dapat diartikan dengan penghitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Ada beberapa rujukan atau kitab yang digunakan untuk metode hisab di Indonesia.
Metode hisab juga ada yang menggunakan metode kontemporer. Caranya yakni menggunakan rumus-rumus yang ada pada kitab tersebut, seperti bagaimana cara untuk menghitung awal bulan dengan data astronomis yang ada.
Metode ini mengandalkan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu sholat.
Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender hijriah, termasuk untuk menentukan Ramadan.
Biasanya ketika awal bulan datang; matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Kondisi ini dinamakan ijtimak yang juga menandakan awal bulan baru. []