Mengenal Schadenfreude : Perasaan Gembira Melihat Orang Lain Menderita

Senang melihat kesusahan orang lain dinamakan Schadenfreude, yaitu emosi dasar yang dimiliki manusia secara sadar ketika ia mengamati sesuatu yang menarik dari kemalangan orang lain. Siapa saja pasti mengenali perasaan dimana terkadang kita menikmati ketidakberuntungan orang lain dan menertawakannya. Namun tindakan ini bukanlah bentuk dari kebencian. Maka pertanyaannya adalah mengapa sebagian besar dari kita begitu menikmati hal tersebut, sedangkan kita sendiri menuntut adanya empati dari orang lain
Dari sebuah penelitian psikologi menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi munculnya Schadenfreude adalah rasa iri hati. Bisa saja rasa iri hati tersebut bukan tertuju pada orang yang mengalami kemalangan, tetapi terhadap orang lain. Salah satu cara untuk membuat diri kita menjadi lebih baik atau setidak-tidaknya merasa lebih baik adalah dengan cara tertawa di atas penderitaan orang lain. Dengan demikian kita merasa terbebas dari penderitaan kita sendiri. Tidak heran bila tayangan gosip atau entertaiment sejenis sangat disukai oleh penonton karena mereka hanya ingin menyaksikan kejatuhan seseorang.
Schadenfreude sendiri memiliki bentuk yang berbeda-beda. Ada 3 jenis bentuk, yaitu
Schadenfreude tertutup dan terbuka
Dalam bentuk yang tertutup, biasanya orang masih dapat menahan perasaannya saat menyaksikan seseorang ditimpa kemalangan. Namun dengan tersenyum dan menikmati perasaan itu secara diam-diam telah menunjukkan bahwa dia ikut menikmati kemalangan tersebut.
Sedangkan dalam bentuk yang terbuka, seseorang akan cenderung langsung mengungkapkan perasaannya dengan tertawa terbahak-bahak.
Ejekan
Ejekan dapat terjadi ketika seseorang menjadi kritis atau di satu sisi lain ingin memperlihatkan dirinya pada posisi yang lebih tinggi. Saat seseorang mengalami kemalangan, orang tersebut akan memberikan terlalu banyak ejekan-ejekan tanpa menunjukkan sikap ingin menolong. Ejekan itu dianggap wajar dan lucu padahal bisa saja sama sekali tidak lucu.
Kita dapat melihat di televisi banyak sekali tontonan komedi yang sudah mengarah pada bentuk ini. Ejek sana-sini, namun penonton justru tertawa dan senang menikmati ejekan-ejekan tersebut. Sangat disayangkan bila akhirnya kita sendiri terbiasa menertawakan sesuatu yang tidak perlu ditertawakan.
Ironi dan sarkastik
Pada bentuk selanjutnya, ironi dan sarkastik merupakan bentuk yang sangat tidak menunjukan simpatik. Biasanya perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menyalahkan orang tersebut karena tidak dapat melindungi dirinya dari kemalangan. Misalnya kalimat seperti “Salah sendiri, jadi orang jangan terlalu pilih-pilih, jadinya malah susah dapat pasangan, deh”.
Kalimat tersebut sangat tidak tepat bila diberikan kepada seseorang saat ia sedang dalam kemalangan, meskipun dengan dalih ingin menyadarkan atau memberikan nasihat. Karena saat kita mengucapkan kata-kata tersebut tanpa kita sadari yang kita lakukan bukanlah memberikan peringatan (nasihat) kepada orang tersebut, melainkan perilaku tidak simpatik dan sedikit mengejek dalam kemalangan orang tersebut.
Sebenarnya tidak ada cara untuk menghilangkan perasaan bahagia karena ketidakberuntungan orang lain, sebab perasaan itu merupakan emosi dasar yang tidak dapat dihilangkan. Namun dengan mengasah rasa simpati, kita bisa menguranginya. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan melihat kembali kejadian yang terjadi pada seseorang secara terbalik, maksudnya posisikan diri kita sendiri di situasi buruk yang sedang dialami orang lain. Kita juga dapat bertanya dalam hati “Apakah yang akan terjadi jika hal itu terjadi pada diriku” Dengan demikian kita dapat memupuk perasaan belas kasih dan tidak terus-menerus melestarikan schadenfreude. [itip]