April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menikmati Sate Langganan Presiden, Tokoh Nasional Hingga Artis di Gang Sate Ponorogo

2 min read

PONOROGO – Datang ke Ponorogo tak lengkap kalau belum menikmati sate ayam. Salah satu tempat yang jadi jujugannya ada di Gang Sate.

Di kampung ini hampir semua rumahnya membuat sate, dan terasnya disulap menjadi warung, sehingga pengunjung bisa mencoba gurih lezatnya sate ayam langsung di lokasi.

Gang Sate berada di Jalan Lawu Gang 1 Ponorogo. Yang paling ramai dan menjadi favorit adalah Sate Ayam Haji Tukri Sobikun. Tak heran, karena Pak Tukri inilah yang jadi pelopor. Mengawali sejak 1970an, dulu berjualan keliling dengan dipikul.

Mulai 1990an Tukri memutuskan untuk berjualan di rumah, dan menyulap halamannya jadi warung sate. Sebelum menjadi rumah makan sebesar sekarang dan ramai dikunjungi pendatang, terutama ketika lebaran.

Semakin ramai, Tukri pun berinisiatif membagi resep dan cara membuat sate ke saudara-saudarnya yang masih tinggal di lingkungan yang sama. Hingga masing-masing bisa membuka warung sate. Tak pelit ilmu, ke tetangga juga dibagikan cara membuat sate.

Akhirnya kampung mereka menjadi Gang Sate yang sangat terkenal sampai ke kota luar. Sebut saja Sate Nardi Sobikun, Sate Imun, Senen, Sonny, dan masih banyak lagi. Tak hanya warga pendatang, Presiden Indonesia juga menjadi pelanggan mereka. Dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo, selalu menyempatkan mampir ke Sate Tukri jika ada lawatan kerja ke wilayah Ponorogo.

Tokoh-tokoh nasional sampai artis ibu kota juga setia menikmati kelezatan sate ayam ini. Tengok saja foto-foto mereka ketika mengunjungi Gang Sate, dipajang menghiasi dinding-dinding rumah makannya.

Yang membedakan dengan sate ayam di tempat lain, bumbu sate ayam dari Gang Sate ini sangat kental dengan gilingan kacang halus yang menjadikan warnanya coklat kemerahan. Bumbu rempahnya juga meresap ketika daging ayam dibakar.

“Sebelum dibakar, daging ayam yang sudah diiris tipis dibalur bumbu hingga meresap,” salah satu pekerja di bagian pembakaran membagikan rahasia kelezatannya.

Dilengkapi guyuran bumbu kacang, sate yang sudah matang dengan aroma bakaran yang menggoda siap disajikan. Di meja sudah menunggu sambel, kecap serta irisan bawang merah yang bisa dicampur sesuai selera.

Tak perlu risau kalau mau membungkus dan bawa sate pulang ke kota asal, karena bisa tahan meski tanpa pengawet. Jika memilih untuk dibawa pulang, sate yang sudah dibakar matang akan dipisah dengan bumbu kacangnya. Dalam paket yang dibungkus besek atau wadah bambu ini, bisa dipesan jumlah sate lengkap dengan lontongnya.

Untuk harga sangat terjangkau, kisaran Rp20 ribu hingga Rp 35 ribu tiap 10 tusuk. Tergantung bagian ayam yang dipesan. Mau daging, kulit, hati, atau campur. Dalam satu hari rata-rata Sate Tukri bisa menghabiskan 100 ekor ayam. Sementara lontongnya tak kurang dari 100 kg.

Untuk menuju Gang Sate, cari saja Jalan Lawu. Telusuri jalan yang tak terlalu besar, hanya cukup untuk berpapasan sepasang mobil. Jika sudah menemukan Gang 1 dengan ikonik mural singa dan tokoh Reog Klono Sewandono, berarti tujuan sudah tepat.

Jangan lupa parkir kendaraan di bagian depan gang, dan silakan menjelajah kampung yang kanan-kirinya dipenuhi asap wangi dari sate yang sedang dibakar.

Jika sudah menemukan warung yang cocok, tinggal pesan dan selamat menikmati kelezatannya. Jangan lupa juga untuk memesan untuk dibawa pulang. []

Sumber Pilar

Klik Foto untuk memperbesar

Advertisement
Advertisement