Menteri Yohana : “24 Juta Perempuan Indonesia Korban Kekerasan”
2 min readJEMBER– Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Prof Dr Yohana Susana Yembise, menegaskan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan atau domestic violence masih tinggi. Ada 24 juta korban di Indonesia yang sedang on going, menderita batin.
“Dan semua itu membutuhkan trauma healing dari Pemerintah,” ujarnya.
Hal ini dia sampaikan di Jember pada Jumat (22/09) malam sebelum acara pembukaan festival enggrang di Tanoker Ledokombo, Jember esok harinya.
“Kalau keluarga kuat dan baik maka negara akan kuat. Dan saya telah keliling ke penjara – penjara. Di sana ujungnya memang di persoalan keluarga serta persoalan marriage (pernikahan) masih tinggi. Angka perceraian formal dan informal masih tinggi. Dengan beragam penyebab percerian keluarga, termasuk HP bisa memicu perceraian keluarga,” ujarnya.
Untuk itu, kata Menteri Yohana, semua persoalan perempuan akan dikaji dan disiapkan benar – benar agar perempuan tidak lagi menjadi depend totally (tergantung mutlak) kepada suaminya.
Ke depan, perempuan Indonesia diharapkan bisa sangat membanggakan karena populasi perempuan juga akan meningkat terutama di posisi strategis pemerintahan. Karena apa pun yang terjadi kepada perempuan itu akan sangat menentukan masa depan dan berdampak ke anak – anak.
Tanoker Ledokembo merupakan kawasan desa wisata yang dulunya merupakan kampung tertinggal. Di kawasan Ledokembo ini mayoritas kepala keluarga memiliki anggota keluarga yang bekerja ke luar negeri dengan berbagai negara tujuan penempatan.
Bupati Jember, dr Hj Faida MMR, menjelaskan, bahwa di Desa/Kecamatan Ledokombo, telah tumbuh berkembang upaya mandiri masyarakat dalam wadah Tanoker, yang berisi kegiatan menyelamatkan anak – anak Buruh Migran serta berdaya menggerakkan masyarakat secara gotong royong dalam melindungi anak – anak dan generasi muda ke depan dari pengaruh negatif dari perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini.
“Terima kasih kita sampaikan kepada para pejuang pemberdaya perempuan dan perlindungan anak, terutama Direktur Tanoker Ledokombo, terimakasih Pahlawan Devisa” ujar Faida.
http://apakabaronline.com/1432-2/
Perkembangan UMKM di kawasan ini terbukti signifikan menurunkan angka perempuan menjadi buruh migran namun juga signifikan meningkatkan pendapatan warganya dibanding saat masih menjadi buruh migran. Industri berbasis kreatif yang dibalut dalam kemasan desa wisata telah mampu melibatkan dan meningkatkan keberdayaan warga Ledokembo.
Jika selama puluhan tahun lamanya, remitansi yang masuk ke Ledokombo hanya habis dikonsumsi, setelah peningkatan kapasitas SDM warganya, kini dana tersebut berkembang menjadi usaha-usaha pruduktif yang bermekaran bak jamur di musim penghujan. [Asa/Humas]