December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menyiapkan Diri Songsong Ramadhan

4 min read

JAKARTA – Ramadan sebentar lagi tiba. Semoga Allah pertemuan kita dengan Ramadan. Karena pada dasarnya, salah satu nikmat yang wajib disyukuri adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadan.

Allah Ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadan. Oleh karena itu, kita tidak boleh luput dalam persiapan menyambut Ramadan.

Mengutip Muslim.or.id, Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.

 

Perbanyak Amal Saleh

Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadan dan ingin diterima amal serta dihapus segala dosa, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.

Sebagai persiapan menyambut Ramadan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu anhu berkata,

“Saya sama sekali belum pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”

Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban, dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadan.

Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, mereka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,

”Mereka (para sahabat) berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadan.”

Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadan adalah bulan untuk memanen.”

Agar buah bisa dipetik di bulan Ramadan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal saleh di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal saleh di bulan Rajab dan diairi di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal saleh di bulan Ramadan, karena lezatnya Ramadan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan menyambut Ramadan yang sebaik-baiknya.

 

Perbarui Taubat

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadan. Dia ingin memasuki Ramadan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadan.

Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah Ta’ala berfirman,

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadan sementara di luar Ramadan kemaksiatan kembali digalakkan. Ramadan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal saleh sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Sementara itu, dilansir dari NU online, persiapan yang harus dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadan adalah persiapan fisik dan mental.

Persiapan fisik agar tubuh kita dapat beradaptasi dengan baik yakni melalui latihan puasa di bulan-bulan sebelumnya, seperti bulan Rajab dan Sya’ban, seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.

Selain persiapan fisik, penting juga untuk melakukan persiapan mental menghadapi Ramadan. Persiapan ini bisa dilakukan dengan menanamkan kegembiraan dalam diri kita. Secara psikologis, rasa gembira saat menyambut sesuatu akan menumbuhkan kecintaan dalam melakukan sesuatu.

Dan jika kecintaan sudah tumbuh saat melakukan sesuatu, maka pasti akan maksimal hasil yang didapatkan. Rasulullah pun telah mengingatkan dalam hadisnya untuk senantiasa bergembira menyambut kedatangan bulan Ramadan. Kegembiraan ini juga bakal diganjar dengan sebuah keistimewaan:

“Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”

Subhanallah, begitu mulianya bulan Ramadan, sampai rasa gembira menyambut kedatangannya pun, kita akan mendapatkan balasan kebahagiaan tiada tara yakni terhindar dari siksa api neraka.

Rasulullah pun telah mengingatkan kemuliaan-kemuliaan bulan Ramadan dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam Nasa’i:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.”

Selain persiapan mental dengan rasa gembira, kita juga perlu untuk mempersiapkan diri dengan meningkatkan mental bekal pengetahuan agama sekaligus guna meningkatkan keimanan kita. Hal ini bisa dilakukan dengan mengkaji dan menggelar majelis taklim yang berkaitan dengan tuntunan ibadah bulan Ramadan. []

Advertisement
Advertisement