Merubah Cara Berpikir Pekerja Migran Dengan Literasi Keuangan
INDRAMAYU – Sebanyak 60 purna dan keluarga pekerja migran Indonesia (PMI) asal Desa Kongsijaya, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, dilatih literasi keuangan, Kamis (18/10). Para peserta dilatih tentang pengelolaan keuangan yang baik dan penghasilan hasil penjualan produk di Aula Desa Kongsijaya.
Kuwu Kongsijaya H Sutarjo mengatakan, pelatihan literasi keuangan yang diperuntukan bagi purna dan keluarga pekerja migran Indonesia dari desanya merupakan program tindak lanjut kerja sama dengan Bank Indonesia (BI). Yaitu program kemandirian purna dan keluarga PMI.
Dalam program tersebut, purna dan kelurga PMI diberikan pelatihan mengatur keuangan dari hasil penjualan produk dan kebutuhan keluarga. Hal itu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga.
“Tindak lanjut dari program kemandirian purna dan keluarga PMI di Desa Kongsijaya, mengangkat potensi desa yang diolah oleh purna dan keluarga PMI yang dapat meningkatkan nilai jual di pasaran,” ujar Sutarjo.
Sutarjo menyebutkan, terdapat tiga macam olahan yang bisa dikembangkan oleh purna dan keluarga PMI. Yakni olahan beras, remis, dan keterampilan dari limbah kain konveksi.
“Ada olahan beras. Karena Widasari menjadi sentra beras yang dikemas dengan label produk sendiri. Sebagian masyarakat Kongsijaya juga pencari remis. Jika hanya dijual remisnya saja di pasar harganya rendah. Untuk itu, melalui program kemandirian, remis akan diolah menjadi kripik dan dikemas agar nilai jualnya lebih tinggi. Dan untuk keterampilan di Konsijaya konveksi jadi home industry. Limbahnya dimanfaatkan jadi kerajinan yang bernillai ekonomis, seperti dibuat bros atau hiasan lainnya,” kata Sutarjo.
Rokenah (41) yang merupakan purna PMI yang sebelumnya pernah bekerja di Timur Tengah selama lima tahun mengaungkapkan, sangat terbantu dengan adanya program kemandirian. Sebagai warga yang pernah bekerja di luar negeri, program kemandirian dapat memberikan dampak yang luar biasa. Terutama dalam peningkatan pendapatan perekonomian dan kesejahteraan keluarga.
Selain itu menurutnya, bisa mengubah pemikiran purna dan keluarga PMI. Bekerja keluar negeri menjadi pekerja migran bukan jadi keinginan lagi untuk mengubah nasib.
“Ya, selama ini kan kita sendiri ketika ingin mengubah nasib dan pendapatannya lebih besar bekerja keluar negeri. Padahal risikonya juga tak sepadan dengan apa yang dihasilkan. Adanya program kemandirian ini, kami tak lagi ingin kembali bekerja keluar negari. Karena bisa berwirausaha sendiri dan lebih nyaman dan aman,” tuturnya. [oni]