Musim Kemarau Belum Mencapai Puncaknya, Kebakaran Hutan Sudah Terjadi di 36 Titik
JAKARTA – Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, selama periode 15-21 Agustus 2022, Indonesia tercatat mengalami 36 bencana hidrometeorologi, baik itu basah maupun kering.
“Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai salah satu bencana hidrometeorologi kering, menjadi bencana terbanyak pada periode ini dengan 16 kejadian. Selanjutnya banjir dan cuaca ekstrem,” kata dia dalam keterangannya secara daring, Senin (22/08/2022).
Dalam kurun waktu tersebut, bencana kebakaran hutan dan lahan menyebabkan 85,35 ha lahan terbakar. Sedangkan banjir telah merendam 9.662 rumah yang menyebabkan 37.418 jiwa terdampak mengungsi. Sebanyak 63 unit tumah rusak akibat cuaca ekstrem
Distribusi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di pesisir Aceh bagian barat daya dan selatan, Riau, Rokan Hulu, Sumatera Selatan, Kalimantan, dan beberapa tempat di Jawa Timur. Jawa Timur sebenarnya bukan daerah gambut, tetapi karena mengalami kekeringan yang panjang memicu kebakaran lahan di Mojokerto dan Situbondo.
“Bencana hidrometeorologi lainnya yang terjadi, yakni banjir sebanyak sembilan kali, cuaca ekstrem sebanyak sembilan kali, dan tanah longsor sebanyak dua kali. Dalam sepekan tercatat terjadi 36 kejadian bencana,” kata dia
Terkait banjir, dia menyebut, bencana itu telah merendam 9.662 rumah yang menyebabkan 37.416 jiwa tedampak mengungsi. BNPB juga mencatat bencana banjir yang berdampak signifikan bagi kehidupan masyarakat. Di antaranya yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada 17 Agustus 2022. Banjir tersebut menyebabkan 1.072 jiwa terdampak dan satu orang meninggal dunia. Kemudian 366 unit rumah terdampak.
Kemudian pada 18 Agustus 2022 pukul 01.00 WIB, terjadi banjir di Kota Medan. Bencana ini dipicu oleh hujan dengan intesitas tinggi. Akibatnya, 25.383 jiwa terdampak dan 15 jiwa mengungsi. Bencana ini juga menyebabkan 6.323 unit rumah terdampak, tujuh unit sarana ibadah terdampak, satu ruas jalan terdampak.
Di awal semester kedua 2022, BNPB secara khusus menyiapkan antisipasi bencana. Di mana pada bulan pertama dan kedua semester dua ini, fokus BNPB pada karhutla, tetapi tidak mengurangi kesiapsiagaan terhadap bencana banjir.
“Meskipun kita ada di musim kemarau tetapi indeks NINO masih negatif. Artinya, kita berada pada cuaca basah. Jadi kemarau yang kita alami merupakan kemarau basah. Di berbagai tempat, kami mewaspadai karhutla. Di samping itu juga, beberapa tempat intensitas banjir masih tinggi,” papar dia. []