Nasi Katok Stopover Brunei; Berwisata Islami di Jalan Pulang
4 min readBrunei Darussalam adalah negara yang letaknya sangat dekat dengan Indonesia, di utara Pulau Kalimantan. Dalam perjalanan pulang Hong Kong-Jakarta, Apakabar Plus beruntung berkesempatan transit, mengarungi wisata islami, di negara yang terkenal dengan julukan Abode of Peace ini, 19-20 Juli lalu, mengikuti program Nasi Katok Stopover Brunei.
“Dengan adanya program yang murah sekali ini, anak-anak kita (pekerja migran Indonesia di Hong Kong) dapat singgah ke Brunei, melihat negara Islam dengan masjid-masjidnya yang megah, umat Islamnya yang hebat, dan suasana islami yang kental, tur ke 3 masjid besar nan megah dan indah. Yang kami tawarkan, islamic tourism,” kata Haji Abdul Hamid Haji Abdul Rahim, pemilik Manggo Tre Travel & Tours, penyelenggara program Nasi Katok Stopover.
Setiba di Bandar Udara Internasional Brunei, 2 orang pemandu dari Manggo Tree, Hikmat dan Rizal, datang menjemput. Selama 2 hari 1 malam di Brunei, kakak-beradik ini menemani Apakabar Plus mendatangi berbagai objek wisata di sana.
Masjid Jame’ ‘Asr Hassanal Bolkiah menjadi tempat pertama yang dikunjungi, sekaligus shalat Maghrib berjamaah. Masjid Hassanal Bolkiah berjarak sekitar 1 kilometer dan dapat ditempuh perjalanan 10 menit bermobil dari bandara.
Masjid yang memiliki taman nan cantik ini memiliki 29 kubah berlapis emas 24 karat. Tak hanya eksteriornya, masjid yang dibangun dalam rangka perayaan 25 tahun kekuasaan Sultan Hassanal Bolkiah pada tahun 1992 ini memiliki interior yang tak kalah megahnya.
Sepanjang jalan, nuansa islami terasa kental. Semua tanda penunjuk arah, seperti nama jalan, nama tempat, maupun nama gedung ditulis menggunakan dua aksara, yaitu Latin dan Arab-Melayu.
“Jika kita tiba di Brunei, suasananya terasa berbeda sekali. Negara itu negara penuh berkah, negara dzikir,” kata Haji Abdul Hamid.
Sebagai “negara sehat” karena bebas rokok, Brunei memang layak dikunjungi. “Di sini orang tidak boleh merokok sembarangan. Kalau ada yang merokok di dalam restoran, yang merokok didenda BND1,000 (sekitar Rp10 juta), pemilik restorannya didenda BND2,000,” kata Hikmat.
Negara tersebut juga bebas alkohol. Hikmat menegaskan, Di Brunei tidak akan ditemukan penjual rokok dan minuman beralkohol. Di sini juga tidak ada tempat hiburan malam. Jam 12 malam, semua kedai harus tutup. Sedangkan hari Jumat, kedai-kedai wajib tutup antara jam 12:00-14:00.
Di negara ini ketertiban dan kenyamanan dijaga betul. dengan kota yang relatif lengang dan sepi dari kebisingan, sangat cocok buat menenankan diri sebelum tiba di kampung halaman setelah stres bertahun-tahun bekerja di Hong Kong yang penuh tekanan.
“Seperti klakson mobil, tradisinya tidak boleh gampang dipencet. Kecuali, parah banget jika ada kesalahan pengemudi lain yang bakal membahayakan orang. Suasana tenang dijaga betul,” kata Rizal.
Esoknya, Apakabar Plus diajak berkeliling ibukota Bandar Seri Begawan, mengujungi Masjid omar Ali Saifuddin, ikon negara Brunei. Masjid ini dapat dilihat dari berbagai sudut Bandar Seri Begawan.
Masjid ini disebut-sebut sebagai masjid paling indah dan megah di Asia Pasifik. Perpaduan antara arsitektur Islam modern dan seni Italia, ditambah lagi dengan pemandangan di halaman masjid yang indah, membuat masjid ini terlihat sangat megah dan mengesankan.
Menariknya lagi, masjid ini dibangun di atas sebuah kolam buatan dengan 2 jembatan. Lokasinya, berdekatan dengan Kampong Ayer (Kampung Air/Water Village), kampung terapung terbesar di dunia.
Di dekat masjid, dihubungkan dengna salah satu jembatan, ada replika perahu di tengah kolam. Perahu tersebut gambaran perahu Sultan Bolkiah abad ke-16. Replika perahu berornamen China itu dibuat dalam rangka memperingati Nuzulul Qur’an ke-1.400, beberapa tahun silam.
Di Brunei, peserta program Nasi Katok Stopover juga berkesempatan mengunjungi Balai Pameran Islam. Di gedung tersebut terdapat Al-Quran kuno dengan berbagai ukuran. Mulai dari ukuran sangat besar hingga ukuran kecil yang hanya dapat dibaca dengan bantuan kaca pembesar.
Yang menarik, di Balai Pameran Islam juga terdapat 2 kiswah penutup Ka’bah asli. Juga, terdapat beduk besar dari Sumatera Barat.
“Beduk ini dikenali dengan nama Beduk Sekampong berasal daripada Bukit Tinggi, Sumatera, Indonesia milik salah seorang Ketua Daerah. Beduk ini berusia lebih 130 tahun. Diperbuat daripada sejenis kayu dinamakan kayu nangka. Ukuran bulatannya 13 kaki manakala panjangnya 17 kaki. Berat beduk ini 4 ton,” demikian tulisan penjelas ihwal beduk tersebut.
Nasi Katok, Makanan Khas Rakyat Brunei
Kalau transit ke Brunei, jangan sampai lupa berburu Nasi Katok, makanan khas rakyat Brunei. Menu makanan yang enak disantap pagi, siang, atau malam ini seporsinya hanya BND1 hingga BND1,5.
“Nasi Katok bisa disantap kapan saja. Di sini yang paling laku adalah nasi katok karena harganya terjangkau. Di Brunei, nasi katok ada di mana-mana,” ujar Hikmat. Sebagai perbandingan, makan seporsi sop kambing dan nasi harganya BND6.
Apakabar Plus beruntung diajak ke kedai Nasi Katok “Mama”, kedai nasi katok yang cukup terkenal di pusat kota Bandar Seri Begawan. Kata Rizal, kedai Nasi Katok “Mama” satu-satunya kedai yang diizinkan buka 24 jam.
Seporsi nasi katok cukup sederhana. Hanya berisi nasi, ayam goreng, dan sambal. Ayamnya ada 2 pilihan: ayam manis dan ayam tepung.
Sebagai penikmat sambal, Apakabar Plus menilai sambel tradisional nasi katok maknyus, pedas-pedas manis. Hal itu diamini Rizal yang sudah bekerja di Brunei sejak 2009.
Ditemani Hikmat dan Rizal, Apakabar Plus pun menikmati 2 porsi nasi katok sambil memandang Kampung Air yang unik, di sisi sungai Kedayan.
Ayo Transit Brunei!
Menurut Arriani Harsono dari Royal Brunei Airlines, setiap bulan 10 ribu hingga 15 ribu orang terbang dari Hong Kong dan transit ke Brunei. “Separonya terbang ke Indonesia,” ujarnya.
“Kami melihat, program nasi katok ini sangat membantu mempromosikan Brunei. Praktis, mempromosikan juga Brunei Airlines. Makanya kami fully support,” kata Arriani.
Haji Abdul Hamid Haji Abdul Rahim mengajak PMI Hong Kong untuk transit ke Brunei, menikmati program Nasi Katok Stopover. Hanya dengan menambah biaya HK$800, kita sudah bisa menikmati paket wisata islami di Brunei.
“Peserta kami sediakan kamar hotel, sarapan, makan siang, tur malam, tur siang, dengan guide. Paket ini sangat menguntungkan dan murah,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, dengan fasilitas yang sama, jika sengaja tur ke Brunei, minimal harus merogoh kocek HK$1,800. “Paket kami, harga kaki lima, kualitas bintang lima. Paket 2 hari 1 malam ini, boleh dicoba. Nanti dapat nasi katok juga,” kata Haji Abdul Hamid, berpromosi.
Peserta program juga bisa tetap online selama di transit di Brunei. Terutama, karena hotel tempat menginap, Le Gallery Suites Hotel, menyediakan fasilitas WiFi gratis. Saat Apakabar Plus mencobanya, online bisa lancar jaya!
Mau transit di Brunei dan menikmati nasi katok sambil berwisata islami? “Programnya bisa dibeli di agen travel, saat beli tiket,” kata Arriani. [razak]