April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nyaris Gulung Tikar, Berjaringan Dengan PMI, Usaha Kerajinan Milik Penyandang Lupus Kembali Berkembang

3 min read

LAMONGAN – Pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan perekonomian dunia. Berbagai unit usaha mulai industri berskala besar sampai industri kecil sekelas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hancur imbas penyebaran virus. Sebagian pelaku usaha banyak gulung tikar. Namun tak jarang UMKM di Tanah Air mampu bertahan.

Seperti yang dialami Aulia Siska, seorang perajin aksesori tembaga dan batu alam asal Kelurahan Sukorejo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dia aalah Ooapus atau dikenal orang penyandang lupus.

Kelainan genetika yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu tak membuatnya patah arang. Ia tetap semangat bertahan dengan usaha kecil miliknya, kendati nyaris bangkrut imbas pandemi Covid-19. “Selama pandemi Covid-19 usaha saya sangat terganggu. Di masa ini orang-orang lebih memilih berhemat atau memilih produk berkaitan dengan kesehatan,” katanya, Jumat (06/11/2020).

Siska selama ini berkecimpung di handmade accessories. Usaha ini jadi penyokong tambahan kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari dia membuat kerajinan tangan berupa cincin, kalung, gelang hingga bros dari tembaga. Ada juga dari tembaga bakar yang dihias batu liontin. Cantik tentunya.

Berkat ketekunannya, aksesori Siska banyak dikenal masyarakat. Repeat order didapatkan sebagai reward karena kerajinan berkualitas dan bernilai seni tinggi. Peminatnya juga dari berbagai kalangan, terutama kaum hawa.

Harga jual kerajinan Siska beragam, mulai ratusan ribu hingga jutaan. Tentu saja, hal itu sebanding dengan kualitas handmade accessories. Apalagi jika dibuat dengan edisi terbatas. “Segmennya untuk perempuan menengah ke atas dan harganya lumayan mahal Rp 250.000 sampai Rp 1 juta,” kata dia.

Konsumen kerajinan hasil karya Ibu dua anak ini datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga luar negeri. Beruntung, dirinya mempunyai koneksi pekerja migran Indonesia (PMI) cukup banyak, yang juga berminat menjadi reseller. “Kalau kirim ke luar negeri biasanya melalui mitra reseller yang menjadi PMI di sejumlah negara seperti Arab, Dubai (UEA), Malaysia dan Philipina,” ungkap dia.

Selama pandemi Covid-19, Siska menyebut usahanya juga turun drastis. Produksi hanya 75% dari kondisi nomal. “Selama corona dalam sebulan rata-rata sekarang hanya bisa produksi 10 unit, itu pun pesanan khusus dari pelanggan untuk hadiah ulang tahun,” ungkapnya.

Kendati produksi turun, Siska tetap berjuang mempertahankan usahanya. Penyakit lupus yang sudah dideritanya tak membuat dia patah semangat. Siska tak ingin UMKM yang dirintisnya bertahun-tahun hancur karena pandemi. “Apa yang memotivasi aku menekuni usaha dan tetap bertahan, salah satunya karena aku ingin membuktikan bahwa Odapus itu tidak lemah dan bisa sukses seperti orang normal lainnya,” tandasnya.

Tidak ingin Lupus membuat hidupnya pupus, Ibu berusia 40 tahun itu berusaha bangkit. Dia sering berbagi ilmu untuk warga sekitar. Dengan menyempatkan diri mengajarkan keahliannya kepada masyarakat, ia ingin komunitas perajin aksesori dan UMKM binaannya tetap eksis.

“Ada 10 UMKM binaan dan dua komunitas yang saya dampingi. Sekarang masih produksi. Harapannya, selain kerajinan aksesori tetap eksis dan dikenal masyarakat luas, hasilnya bisa dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

Sarjana lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang tersebut mengaku selama pandemi tetap bersemangat mempertahankan UMKM karena berkat dukungan dari suaminya Hendro Setiyo Budi dan kedua putrinya Jauza’ Kamelia Azmi dan Dhia Mazaya Salsabila Azmi. Menurutnya, agar tetap bangkit dari keterpurukan ia tetap giat bekerja keras dengan menata manajemen usahanya.

Jika sebelumnya sistem pemasarannya didominasi melalui reseller, kini dia memanfaatkan digital marketing. Hasilnya, pesanan mulai berdatangan. “Dengan pemasaran melalui digital marketing memudahkan konsumen untuk berkomunikasi dengan kita tanpa harus dengan tatap muka. Jika ada pesanan langsung dikirim. Mitra kami OPOP, nuku.id, Nujek dan beberapa UMKM,” kata dia.

Siska sadar pandemi Covid-19 belum usai. Guna menjaga kesehatan dan menekan angka penyebaran virus ini, Siska selalu menerapkan protokol kesehatan di kelompok UMKM atau komunitas binaannya. Sebagai pendamping perajin aksesori, dia selalu mengingatkan pentingnya kampanye 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak). “Setiap membuat kerajinan, saya selalu mengingatkan orang-orang agar tetap mematuhi protokol kesehatan dan supaya menjaga kesehatannya dengan selalu mengkonsumsi vitamin,” pungkasnya.

Sumber:Berita Satu

Advertisement
Advertisement