April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Melihat Dari Dekat Kopi Pace, yang Lagi Naik Daun

2 min read

KUDUS – Aroma harum nan menyegarkan tercium cukup kuat dari sebuah rumah masuk Dukuh Kancilan RT 02 RW 05, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Aroma yang bersumber dari dapur rumah itu berasal dari proses menyangrai buah mengkudu oleh seorang pria. Setelah matang, buah bernama lain pace itu kemudian dikumpulkan dalam sebuah wadah. Ia adalah Khambari (29), Pemilik Usaha Kopi Pace Jhon.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, pria yang akrab dengan sapaan Jhon itu berbagi kisah awal mula punya ide untuk membuat kopi pace 2017 lalu. Ia mengkisahkan, punya pikiran membuat minuman tersebut dari banyaknya buah tersebut di sekitar rumahnya. Namun, buah tersebut tidak banyak dimanfaatkan orang karena banyak yang tidak suka.

Dari situ, Jhon mencoba berinovasi supaya bisa menkonsumsi buah mengkudu tetapi tidak memakannya secara langsung. Karena menurutnya, banyak orang enggan mengkonsumsi buah tersebut lantaran tidak tahan dengan aroma yang tidak sedap juga rasa pedas yang ditimbulkan dari buah tersebut.

“Saya membuat kopi pace ini sudah sekitar dua atau tiga tahunan yang lalu, tetapi terkendala produksi karena buah mengkudu sekarang sudah langka,” ujar anak pertama dari dua bersaudara itu.

Untuk proses pembuatannya, Jhon memetik sendiri buah mengkudu yang sudah hampir matang. Lalu buah tersebut dicucinya hingga bersih kemudian dipotong dadu kecil-kecil. Setelah dipotong dadu kecil-kecil kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering.

“Butuh waktu tiga sampai empat harinan dalam proses penjemuran tersebut,” katanya.

Setelah mengering, lanjut Jhon, mengkudu itu langsung disangrai selama sepuluh menit dan juga ditambahkan sedikit rempah-rempah jahe untuk menghilangkan aroma buahnya. Setelah agak sedikit gosong, langsung ke tahap penghalusan dengan memakai alat tradisional tumbuk.

“Setelah dirasa sudah halus langsung disaring, karena yang diambil adalah bubuk halus dari buah mengkudu tersebut,” tambah Jhon.

Untuk penjualannya, ia memasarkannya dari mulut ke mulut karena terkendala bahan dan juga alat-alat pembuatan yang masih tradisional, sehingga tidak bisa memproduksi dengan jumlah banyak. Untuk harganya satu bungkus berat 25 gram dihargai Rp 10 ribu.

Jika ingin memesan, calon pembeli bisa langsung ke rumah Jhon atau bisa menghubungi lewat WhatsApp di nomor 0852 9128 7176.

“Kopi ini sudah pernah mewakili bursa inovasi desa, sudah menjadi UMKM juga, dan sering dilirik mahasiswa dari kampus-kampus tertentu,” tukasnya. []

Sumber Beta News

This slideshow requires JavaScript.

Advertisement
Advertisement