Omicron Belum Reda, Prancis Identifikasi Varian Corona Baru
JAKARTA – B.1.640.2 yang punya lebih banyak mutasi daripada Omicron, ditemukan pada wisatawan yang kembali dari Kamerun ke Prancis. Sementara kasus “Flurona” pertama telah terjadi di Israel. Apa itu? Alexander Freund melaporkannya untuk DW.
Saat kita sedikit lega mengetahui bahwa varian Omicron, meskipun lebih menular, tapi menunjukkan gejala yang lebih ringan daripada Delta, varian corona baru pun muncul. Namun, kami belum tahu seberapa berbahayanya atau dari mana asalnya.
Rumah sakit IHU Méditerrannée di Marseille mengumumkan bahwa varian baru ini terdeteksi pada awal Desember, pada seorang wisatawan yang kembali ke Prancis dari Kamerun. Orang yang kembali dari Kamerun itu dilaporkan menginfeksi 12 orang di Prancis selatan.
- Varian baru punya lebih banyak mutasi daripada Omicron
Mutan baru ini, yang disebut B.1.640.2, memiliki 46 mutasi dalam “kombinasi atipikal,” beberapa mutasi lebih banyak daripada Omicron, yang memiliki 37 mutasi, menurut sebuah studi pracetak yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Belum pasti apa arti mutasi ini dan apakah varian virus corona baru B.1.640.2 sebenarnya lebih menular daripada virus SARS-CoV-2 asli, karena kurangnya data yang tersedia dan sedikitnya jumlah kasus.
Kami juga belum tahu banyak tentang asal usul varian baru ini. Fakta bahwa B.1.640.2 sekarang telah terdeteksi untuk pertama kalinya pada orang yang kembali dari Kamerun tidak berarti bahwa varian tersebut juga muncul di negara Afrika tengah.
Namun, tingkat vaksinasi yang sangat rendah umumnya mendukung munculnya mutasi virus corona baru. Di Kamerun, hanya 2,4% populasi yang divaksinasi penuh, menurut data dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore di AS.
Selama kampanye vaksinasi tidak dikembangkan secara global, varian baru akan selalu berkembang di suatu tempat. Terkadang mereka lebih tidak berbahaya, terkadang lebih berbahaya. Masih harus dilihat seperti apa varian baru ini.
- Tentang Omicron yang gejalanya lebih ringan
Kita sudah tahu bahwa varian Omicron jauh lebih menular dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Namun, pada saat yang sama gejalanya jauh lebih ringan pada kebanyakan pasien. Ada semakin banyak penelitian yang mengonfirmasi hal ini.
Sel T dari orang yang divaksinasi dan pulih, bereaksi terhadap Omicron. Sehingga melindungi sebagian besar orang yang terinfeksi dari COVID-19 yang parah. Memang benar bahwa mutasi pada Omicron telah mengubah spike protein sedemikian rupa sehingga antibodi yang dihasilkan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya tidak lagi bersifat protektif.
Respon imun yang didapat oleh sel T masih bekerja pada 70 hingga 80% kasus, mirip dengan varian Beta dan Delta, menurut temuan peneliti dari Cape Town, Afrika Selatan. Sel T dari pasien yang divaksinasi dan pulih mengenali Omicron hampir sama seperti varian asli Wuhan.
- Omicron cenderung menyerang pernapasan atas
Selain itu, varian Omicron menyerang paru-paru jauh lebih ringan, menurut temuan peneliti dari Jepang dan Amerika Serikat dalam penelitian pada hewan.
Sebaliknya, varian Omicron lebih cenderung menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung, tenggorokan, dan trakea, menurut penelitian yang juga belum ditinjau rekan rejawat.
Pada pertengahan Desember 2021, para peneliti di Universitas Hong Kong sampai pada kesimpulan yang sangat mirip. Mereka menemukan bahwa meskipun varian Omicron menginfeksi bronkus hingga 70 kali lebih cepat daripada varian Delta dan berkembang biak di sana, ia menyebar hingga sepuluh kali lebih sedikit di jaringan paru-paru yang sebenarnya.
- Kasus “Flurona” pertama di Israel
Sementara itu, di Israel, seorang wanita hamil berusia 31 tahun telah tertular virus corona dan flu musiman secara bersamaan. Ini adalah kasus “Flurona” pertama yang terdaftar di dunia. Flurona adalah sebuah neologisme yang terdiri dari flu dan corona.
Wanita hamil itu telah divaksinasi ulang dan hanya sakit ringan, menurut Kementerian Kesehatan Israel. Negara itu mencatat peningkatan yang sangat dramatis dalam kasus flu parah musim dingin ini.. Kementerian Kesehatan sedang menyelidiki kasus tersebut untuk melihat apakah “Flurona” menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Menurut Times of Israel, hampir 2.000 orang harus dirawat di rumah sakit karena influenza pada akhir tahun 2021. Otoritas kesehatan khawatir bahwa dengan gelombang flu yang begitu kuat, akan ada lebih banyak kasus infeksi ganda yang akan datang. []