[OPINI] Setelah Menjadi Purna Migran
JAKARTA – Bisa kerja keluar negeri sebagai pekerja migran menjadi impian beberapa orang. Korea, Jepang, Hongkong dan Taiwan menjadi tujuan favorit bagi para pahlawan devisa.
Tapi tidak semua para pencaker mendapatkan keberuntungan untuk bisa bekerja disana, sebagian dari impian mereka kandas karena tak lolos seleksi.
Mengapa banyak yang tertarik untuk bekerja di luar negeri? Jelas faktor gaji. UMK/UMP di negara kita tergolong rendah jika dibandingkan dengan gaji yang mereka dapatkan sebagai pekerja migran.
Sebagai contoh adalah penghasilan yang didapat ketika bekerja di Korea berkisar antara 21 juta sd 30 juta perbulan.
Nilai yang fantastis, jika dibandingkan dengan gaji yang saya terima sebagai ASN misalnya.
Masalahnya adalah bagaimana cara mengelola gaji yang besar tersebut agar bisa menopang keberlangsungan hidup para pekerja migran di masa depan.
Beberapa orang yang curhat ke saya mengalami kesulitan.
Diantaranya uang yang dikumpulkan habis setelah dipakai untuk kebutuhan hidup setelah tidak bekerja di luar negeri. Kasus yang lain uang dikumpulkan untuk modal habis gegara salah memilih usaha / bisnis.
Bagaimana sebaiknya? coba saya uraikan pendapat menurut versi saya sendiri. Pertama untuk bisa kerja luar negeri itu tidak gampang, butuh proses yang panjang dan melelahkan.
Sampai disana kerjanya juga tidak mudah, yang jelas under pressure, udah gitu harus jauh dari keluarga, mungkin itu hal yang terberat. Maka prinsip kehati-hatian dalam mengelola uang hasil kerja benar-benar harus diterapkan.
Kedua perlu menyiapkan rencana yang matang setelah balik ke Indonesia mau ngapain, apakah mau bekerja di instansi pemerintah/perusahaan, atau menjadi seorang wirausahawan berbekal modal yang telah didapatkan.
Terus penghasilan yang didapat sebaiknya untuk apa?
Di tabung dan belikan aset yang punya nilai tambah. Jangan membeli barang yang tidak punya nilai tambah, contoh mobil, motor sport, bangun rumah yang kelewat mahal.
Barang yang saya sebut tadi masuk kategori liabilitas. Nilainya semakin turun dan membutuhkan biaya perawatan. Beli saja tanah yang strategis, bangun kosan, bisa juga simpan dulu uangnya di deposito, obligasi dan sukuk.
Nanti orang akan menganggap kita gagal? abaikan saja penilaian orang.
Toh gagal dan sukses yang lebih tahu sebenarnya adalah diri kita sendiri, jadi gak perlu juga show off force, percuma.
Kalau sekedar beli barang yang memang kita butuhkan itung – itung sebagai self reward, atau bangun rumah sewajarnya, yang gak menguras seluruh tabungan yang dikumpulkan, itu okelah.
Investasikan juga uang yang dikumpulkan untuk peningkatan kompetensi. Baik dengan kuliah, ikut kursus, workshop dan seterusnya. Keputusan anda hari ini akan menentukan nasib anda di masa depan. Salam sukses pekerja migran dan pahlawan devisa. []
Penulis Agus Susanto Kompasiana