Pandemi di Hong Kong Belum Mencapai Puncak, Perbatasan Hong Kong Daratan Ditutup
HONG KONG – Berlaku mulai hari ini (14/03/2022) pintu masuk perbatasan Hong Kong – China Daratan di border Shenzhen, Provinsi Guangdong ditutup. Termasuk pula menutup semua kawasan permukiman warga dan menghentikan pelayanan transportasi umum.
Penutupan atau pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) tersebut ditetapkan setelah situasi Covid-19 memburuk bahkan sejak 15 Februari sampai saat ini. Kasus positif yang didapat dari klaster impor para pelaku perjalanan dari Hong Kong yang memasuki wilayah daratan China kian meningkat.
Semua institusi publik, kecuali pekerja anti-Covid, memberlakukan mekanisme bekerja dari rumah (WFH), demikian pengumuman dari Pemkot Shenzhen. Semua perusahaan di kota itu juga meminta karyawannya bekerja dari rumah dan menangguhkan semua kegiatan produksi dan bisnis, kecuali perusahaan yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, seperti air, listrik, bahan bakar minyak, gas, dan makanan untuk menjaga terjaminnya pasokan kepada warga kota setempat dan warga Hong Kong.
Tempat-tempat keramaian dan mal semua tutup, kecuali swalayan, toko farmasi, klinik kesehatan, dan usaha jasa katering yang bertugas melayani kebutuhan warga sebagaimana laporan sejumlah media. Semua bus dan kereta metro di Shenzhen ditangguhkan pelayanannya, kecuali angkutan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Warga dilarang meninggalkan wilayah kota kecuali ada keperluan mendadak dan harus menunjukkan hasil negatif tes PCR dalam 24 jam terakhir. Penguncian wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Minggu 20 Maret yang akan datang dengan memperhatikan situasi pandemi lebih lanjut, demikian pengumuman Pemkot Shenzhen.
Shenzhen yang berada di wilayah selatan China merupakan salah satu kota terbesar yang menjadi pusat industri elektronik dan telekomunikasi. Raksasa teknologi komunikasi China Huawei berkantor pusat di kota itu. Kota yang dijuluki sebagai “Silicon Valley” versi China itu menjadi tempat favorit para pekerja asing dalam mengais rezeki.
Sementara itu, beberapa hari sebelumnya, Chief Executive Hong Kong Carrie Lam menyatakan, pandemi covid-17 di Hong Kong belum mencapai puncaknya. Hal tersebut disampaikan oleh Carrie Lam pada Sabtu (12/03/2022) kemarin.
“Pada saat ini, kami tidak dapat mengatakan bahwa kami telah melewati puncaknya,” kata.
Lam menambahkan, pasokan makanan segar dari daratan China telah diamankan. Dalam beberapa pekan terakhir, warga Hong Kong mengalami panic buying. Mereka memborong barang kebutuhan pokok, dan barang lainnya karena beredar rumor bahwa pemerintah akan melakukan penguncian atau lockdown. Panic buying menyebabkan supermarket kekurangan pasokan.
Secara total sejak awal 2020, Hong Kong telah mencatat lebih dari 700 ribu infeksi Covid-19 dengan sekitar 3.500 kematian. Menurut Our World in Data, Hong Kong mencatat kematian paling banyak per satu juta orang secara global dalam seminggu hingga 9 Maret. Sebagian besar kematian melanda warga lanjut usia yang tidak divaksinasi.
Hong Kong telah mengadopsi strategi “nol Covid-19” seperti China daratan. Strategi ini berupaya mengekang infeksi virus Corona dengan langkah-langkah mitigasi yang ketat. Strategi yang diterapkan China dan Hong Kong goyah ketika varian omicron mulai menyebar cepat.
Seorang pejabat senior China yang mengawasi urusan Hong Kong, Xia Baolong, mengatakan, situasi Covid-19 di Hong Kong masih parah. Menurut Xia, Hong Kong harus mempersiapkan diri secara mental untuk “perang jangka panjang” melawan virus Corona. Xia menambahkan, pemerintah perlu melakukan kerja anti-epidemi secara tepat, dan memperkuat koordinasi antar departemen.
Menanggapi pernyataan Xia, Lam menepis pandangan bahwa pemerintah Hong Kong tidak bekerja secara efektif untuk memerangi Covid-19. “Saya dapat meyakinkannya bahwa kami melakukan segala upaya untuk memerangi epidemi ini,” ujarnya.[]
Sumber Reuter