April 28, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

“Pasar Rintisan TKI” Geliat Ekonomi Mantan PMI Yang Berangsur Sunyi

5 min read

LAMPUNG – Dendangan musik dangdut sayup-sayup terdengar dari sebuah blok pasar di Desa Gunun Terang, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Langkah demi langkah terus mengayun, menghampiri sumber suara. Lirik lagu pun makin kentara. Tertangkap lirik lagu berbunyi…

Sementara kasih sayang yang ku berikan

Engkau anggap tuk membayar

Hutang cinta yang ku pinjam

Kalau belum lunas, mengapa tak menagih lagi Haa..haaa..haaa..haa…

Kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain

Buat apa sih, benang biru kau sulap menjadi kelambu

….

Ya, lagu itu didendangkan artis kawakan Meggi Z di era tahun 90-an. Lagu itu berjudul “Benang Biru”. Sumber suara dari sebuah kios pecah belah. Seorang perempuan berpotongan rambut pendek cepak ditemani lagu itu, nampak sibuk menyeka perabot dagangannya yang ditempeli debu dari jalanan.

Katami (48) pemilik kios pecah belah. Diketahui adalah seorang purna pekerja migran Indonesia (PMI) dari Lampung Timur. Lebih dari lima tahun ia menghabiskan waktunya untuk berniaga di pasar yang awalnya dirintis alumni PMI.

Blok tempat kios Katami berdiri, terlihat penuh terisi. Ada kios sepeda dan onderdilnya, kios furniture, kios pakaian,kios foto copy, dan pulsa.

Beberapa blok kios lainnya terlihat tak berpenghuni. Aktivitas jual beli pun terasa senyap tak bergairah pada siang itu.

“Ya beginilah kondisinya setiap hari, tapi ya ada saja yang membelinya,” kata Katami seperti diberitakan Kompas.com.

Meski terlihat sepi, Katami mengaku, usahanya hingga kini terus berjalan. Tak pelak setiap hari, dia meraup keuntungan tak kurang dari ratusan ribu rupiah.

“Memang tidak terlalu ramai mbak, tetapi setiap hari ada saja yang belanja. Dalam sehari, sepi-sepi begini lumayanlah, bisa meraup keuntungan Rp200 ribu-300 ribu rupiah per hari,” lanjutnya.

Dia pun mengaku, telah memiliki lima kios di pasar tersebut. Beberapa digunakan untuk gudang, sisanya display dagangan. Lima tahun ia merantau ke negeri orang, menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT).

Gaji demi gaji per bulan dia kumpulkan, membuatnya mampu mengembangkan usaha pecah belah di pasar itu. Ketika ditanya, lebih senang menjadi PMI atau pengusaha? Katami bersemangat menjawab, “Lebih enak jadi pengusaha, apalagi di kampung sendiri lebih tenang karena lebih dekat dengan keluarga,” tuturnya.

Bulan Promo Produk Mantan BMI

Dia pun lebih mantap untuk tidak lagi menjadi pekerja di luar negeri.

Pengalaman serupa dirasakan Lilis Sofiah (46), warga Labuhan Ratu, Lampung Timur. Nasib baiknya selama menjadi buruh migran berbuah hasil. Gaji dari kontrak pertama, ia manfaatkan untuk membeli kios di pasar itu.

“Awalnya saya beli kios akhirnya membeli isi dengan pakaian yang dapat dijual dan akhirnya kios saya terus bertambah,” kata Lis.

Bahkan dari kios Lis itulah, warga bisa utang membeli pakaian seragam anak sekolah. Setelah 11 tahun berstatus sebagai PMI di Arab Saudi dan Hong Kong, baru tersadarkan membuka usaha di kampung setelah mendengar ada yang berhasil dengan berniaga.

Semakin sering berinteraksi dengan masyarakat, Lis akhirnya termotivasi untuk maju pada bursa pencalegan.

“Saya butuh modal dan saya pergi lagi. Nah kali ini saya ke Taiwan, tujuannya untuk mencari biaya politik,” tuturnya sambil tertawa lepas.

Tapi sayang usahanya belum berhasil. Lis tidak lolos dalam bursa penentuan calon legislatif. Kesuksesan kedua perempuan purna PMI membuka lapak juga turut dirasakan purna pekerja migran lainnya. Khususnya di Desa Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur.

Lis juga bergabung dalam sebuah gerakan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Lampung Timur. Salah satu kegiatannya, mengadvokasi masyarakat, memberi pembekalan kepada calon PMI yang berasal dari desanya.

“Selain itu, kami para purna PMI menggalang dana kemanusian untuk gempa di Lombok, NTB,” bebernya.

 

Sejarah Pasar Rintisan TKI

Pasar Desa Gunung Terang, Labuhan Ratu, Lampung Timur mulanya adalah pasar desa yang sudah dua kali mati pergerakannya. Pada 2001, pihak desa menyerahkan pasar tersebut kepada para PMI di desa tersebut sehingga berganti nama menjadi “Pasar Rintisan TKI”.

Sesuai dengan namanya, para pelaku usaha sebagian besar atau 120 pemiliknya adalah para purna PMI dan keluarganya. Nama tersebut, sebagai bentuk penghargaan pihak desa yang telah berkontribusi mengembangkan perekonomian desa untuk kembali berputar.

Telah disiapkan lahan seluas 1 hektar tepat di depan jalan Lintas Pantai Timur Sumatera, satu kilometer dari Taman Nasional Way Kambas. Terdapat 90 kios masing-masing berukuran 7 x 7 meter, 24 lapak sayuran, dan 4 lapak ikan.

Harga Rp 600.000-700.000 per kios. Saat itu, siapapun boleh membeli dengan sistem pembayaran tunai atau cicilan. Siapapun berhak memiliki sebuah kios hak guna pakai itu. Diawali dari Imam Nahrowi (50) purna pekerja migran. Menjadi pekerja buruh pabrik material di Hong Kong membuatnya berpikir untuk membuka toko material.

“Dulu masih sangat sepi, saya coba-coba untuk membeli kios di pasar itu dan gaji tahun berikutnya saya belikan bahan-bahan material,” tuturnya.

Dia optimistis, usaha yang dirintisnya akan terus berkembang, karena setiap orang pasti membutuhkan material untuk membangun rumah maupun jalan. Apalagi, lokasi kios Imam, berada di tempat strategis, pas depan Jalan Lintas Sumatera. Alhasil, usahanya berkembang hingga sekarang dan dia mengajak purna-purna lainnya untuk mengembangkan pasar tersebut.

“Ada yang membuka kios wartel ketika itu berguna sekali menjalin komunikasi antara pihak keluarga dengan kami para TKI, wartel ketika itu menjadi alat komunikasi paling dibutuhkan,” kisahnya.

Kios wartel itu dikembangkan seorang purna pekerja migran bernama Berty Sarofah salah satu perintis terbentuknya pasar TKI di sana. Berty pernah memiliki 15 kios usahanya. Tetapi, saat ini belum bisa memberikan keterangan karena sedang proses pemulihan dari gangguan kejiwaan.

Cerita keberhasilan membuka lapak terus diperbincangkan hingga akhirnya pemilik kios dan juga lapak-lapak sayuran sebagian besarnya dimiliki oleh purna TKI asal Desa Labuhan Ratu.

 

Terbengkalai

Tetapi sayangnya, perkembangannya tidak sesuai dengan harapan. Perkembangan pasar, perlahan mulai menyurut.

Banyak kios terbengkalai ditinggalkan pemiliknya. Padahal, pasar itu sempat dijadikan percontohan keberhasilan pekerja migran dalam mengembangkan perekonomian daerahnya.

“Saya sendiri kurang tahu secara pasti, tapi diperkirakan kurang sabar dalam berusaha. Kemungkinan lainnya, pasar kami lokasinya tidak jauh dari pasar besar yang terletak di Desa Tridatu, Labuhan Ratu,” kata Imam.

Hingga akhirnya, pasar dikembalikan lagi pengelolaannya ke aparat desa, meskipun masih banyak pemiliknya adalah purna buruh migran.

“Paling tidak kami sudah mengawali pembangunan ekonomi di kampung yang kami cintai,” tutur pemilik toko material terbesar di kampungnya itu.

 

Program untuk Purna PMI

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Wilayah Lampung menjelaskan, pasar Rintisan TKI Lampung Timur terbentuk atas inisiatif purna pekerja migran di desa tersebut.

Tak sepeser pun perintisan pasar itu dibantu oleh pemerintah.

BNP2TKI sendiri sejak tahun 2015 telah mengembangkan program pemberdayaan PMI migran di daerah kantung-kantung pengiriman PMI terbanyak.

“Programnya antara lain budidaya ikan lele,” kata Humas BNP2TKI Cabang Lampung Ulfa Mubarika.

Program peningkatan ekonomi yang berjalan di antaranya ternak ayam KUB, budidaya lele, budidaya jamur tiram, produk olahan jamur tiram (keripik jamur, bakso jamur, nugget jamur), olahan singkong (eyek-eyek, keripik singkong).

Olahan jagung seperti membuat kerupuk jagung, tortila, dan keripik pisang.

Kemudian pelatihan kreasi kerajinan dengan ornamen tapis Lampung, batik Lampung, pelatihan merajut, pembuatan gula semut dan lainnya.

Kegiatan ini terus berkembang di Desa Taman Endah, Purbolinggo, Lampung Timur. Bahkan mereka satu-satunya kelompok purna PMI yang memiliki koperasi.

Kantung Terbesar Penyaluran PMI

Secara umum, Lampung Timur penyumbang mengirim pekerja migran terbesar di Lampung.

Lampung Timur daerah penyumbang terbesar pengiriman pekerja migran. Total pengiriman PMI dua tahun terakhir mencapai 3.196 orang didominasi sektor informal atau pekerja rumah tangga.

Data BNP2TKI tahun 2017-2018, sektor informal lebih diminati PMI perempuan hingga mencapai 18.374 orang, sedangkan laki-laki hanya 39 orang.

Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nuning Sri Rahayu negara yang paling diminati PMI adalah Malaysia.

“Malaysia menjadi tujuan negara paling banyak peminatnya karena satu rumpun dan persyaratannya tidak terlalu sulit, meskipun upah yang ditawarkan berkisar Rp 3 juta,” imbuh dia.

Penyebab Lampung Timur menjadi daerah pengirim PMI terbesar di Lampung, sambung dia, karena tradisi. Faktor lainnya adalah masalah ekonomi. [Reni]

Advertisement
Advertisement