Pasien Positif COVID-19 di Surabaya Didominasi Kalangan Menengah Keatas
SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan, saat ini penambahan kasus positif baru COVID-19 di wilayahnya didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
Dan sebaliknya, penambahan kasus di masyarakat menengah ke bawah justru tidak bertambah signifikan dan cenderung mampu ditekan.
Risma mengatakan, fenomena penurunan kasus di perkampungan ini sudah terjadi selama beberapa hari di Kota Pahlawan.
Sementara itu, ironisnya, penambahan terus terjadi di wilayah perumahan atau di kawasan masyarakat berekonomi menengah ke atas.
“Kenaikan kemarin rata-rata menengah ke atas. Mereka tidak ada lagi di kampung. 90 persen menengah ke atas. Yang di kampung sudah bisa ditekan,” ujar Risma di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Selasa (30/06/2020).
Risma tidak menyebutkan kawasan perumahan menengah ke atas mana saja di Surabaya yang memiliki penambahan kasus COVID-19 cukup tinggi.
Namun, ia menyebutkan 3 kecamatan berbasis perkampungan yang saat ini pertumbuhan kasusnya dapat ditekan.
“Bubutan itu banyak itu. Rungkut juga. Gunung Anyar cuma naik satu. Turun drastis,” ungkap Risma.
Tiga kecamatan yang disebut oleh Risma memang terkenal memiliki banyak kasus karena ditemukan beberapa klaster COVID-19 besar seperti Pasar PPI dan Pabrik Rokok HM Sampoerna.
Lalu saat dicek memakai data dari Dinkes Kota Surabaya, tiga kecamatan tersebut memang mengalami penurunan jumlah tambahan kasus hingga tidak bertambah sama sekali.
Misalnya saja di Kecamatan Bubutan, yang pada Sabtu (27/06/2020) lalu terdapat 108 kasus aktif.
Di hari berikutnya, kasus turun menjadi 104 hingga 100. Sementara di Kecamatan Rungkut, pada tanggal yang sama memiliki 148 kasus.
Lalu keesokannya turun menjadi 147 lalu bertambah lagi 3 kasus. Sedangkan di Kecamatan Gunung Anyar, tiga hari berturut-turut jumlah kasus aktifnya adalah 49, 47, dan 49.
“Karena yang kampung turun mungkin yang di perumahan jadi kelihatan banyak sekali. Karena kemarin kan datanya campur,” sebut Risma.
Sementara itu pola penularannya agar dapat dipetakan lebih detail,
Risma menganggap penurunan di perkampungan terjadi berkat program Kampung Tangguh Wani Suroboyo.
Namun di situasi sekarang, Risma dan Pemkot Surabaya masih menelusuri mengapa penularan COVID-19 banyak terjadi di kalangan menengah ke atas.
“Ini yang masih kita pelajari, kenapa bisa begini? Mereka tertularnya dari mana. Mungkin ada yang ke luar negeri atau ke mana. Karena kemarin ada satu orang dari luar negeri. Kita telusuri berkaitan dengan pekerjaannya atau apa,” jelasnya. []