October 29, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pemberdayaan dan Vokasi Jadi Kunci Tingkatkan Kualitas Pekerja Migran Indonesia

3 min read

JAKARTA – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menegaskan peningkatan kualitas dan pemberdayaan pekerja migran menjadi fokus utama yang sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto agar tenaga kerja Indonesia mampu berdaya saing global melalui pelatihan vokasi.

Mukhtarudin menyampaikan hal itu dalam acara “Satu Tahun Berdaya, Gotong Royong, Menuju Kemandirian” yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) di Ballroom Aryanusa, Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Oktober 2025.

“Arahan Presiden kepada kami jelas, bahwa perlindungan pekerja migran harus disertai peningkatan kualitas dan kapasitas mereka. Karena itu, kami mulai menggeser dari tenaga kerja berkeahlian rendah ke tenaga kerja berkeahlian menengah dan tinggi (medium-high skill),” ujar Menteri Mukhtarudin.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian P2MI melakukan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga dalam memperkuat pendidikan dan pelatihan vokasi. Saat ini, terdapat 12 kementerian dan 37.000 lembaga vokasi di tingkat pusat dan daerah yang telah terlibat dalam program peningkatan kompetensi calon pekerja migran.

 

Kolaborasi Vokasi dan Link and Match Penempatan

Mukhtarudin menjelaskan, Kementerian P2MI telah menandatangani sejumlah kerja sama dengan kementerian yang memiliki lembaga vokasi, seperti Kementerian Perindustrian, dalam bidang pelatihan welder dan hospitality sebagai langkah cepat menjawab kebutuhan pasar kerja luar negeri.

“Kami memastikan adanya link and match antara pelatihan, sertifikasi, dan penempatan. Yang dilatih apa, kompetensinya apa, ditempatkan di mana, semua harus nyambung,” ujar Menteri.

Selain itu, Kementerian P2MI juga telah memperluas kerja sama penempatan tenaga kerja dengan berbagai negara, di antaranya Kanada, Qatar, dan Jepang. Penjajakan kerja sama baru juga tengah dilakukan dengan Jerman, Kroasia, Hungaria, Turkiye, dan sejumlah negara Eropa Timur untuk menyesuaikan kebutuhan sertifikasi dan pelatihan tenaga kerja di negara tujuan.

 

Penguatan Ekosistem Migran Melalui Kampus dan Desa Migran

Dalam rangka menciptakan ekosistem pekerja migran yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, Kementerian P2MI membentuk Migran Center di berbagai perguruan tinggi. Saat ini, ada enam kampus yang telah memiliki Migran Center.

Menurut Mukhatarudin, Migran Center berfungsi sebagai one stop service, mulai dari perekrutan, pendidikan, pelatihan, hingga pendampingan bagi pekerja migran yang akan berangkat atau pulang ke tanah air.

Selain itu, program Kelas Migran juga telah diluncurkan di Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Bengkulu, dengan fokus meningkatkan kemampuan bahasa dan keterampilan teknis calon pekerja migran.

“Kemudian kita sudah ada MoU juga dengan Mensos, agar soal pekerja migran ini sudah masuk dalam kurikulum atau di-dimasukkan dalam pendidikan kita, mulai dari tingkat mungkin SD, SMP, SMA yang punya sekolah rakyat,” tutur Mukhtarudin.

 

Desa Migran Emas dan Perlindungan dari Hulu

Untuk memperkuat edukasi dan mencegah pekerja migran nonprosedural, Kementerian P2MI telah mengembangkan dan mensosialisasikan program Desa Migran Emas di enam provinsi yang mencakup 70 desa di 17 kabupaten/kota.

Program ini berfungsi sebagai pusat edukasi, sosialisasi, dan pengawasan agar calon pekerja migran memahami prosedur yang resmi dan terhindar dari tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

“Kita ingin memastikan migrasi yang aman dan bermartabat. Edukasi harus dimulai dari desa, karena di situlah awal semua proses migrasi dimulai,” tegas Mukhtarudin.

 

Pemberdayaan Purna Migran dan UMKM

Selain peningkatan kualitas dan perlindungan bagi pekerja migran, pemerintah juga memperhatikan pemberdayaan bagi purna pekerja migran. Mukhtarudin menyebut Kementerian P2MI telah menjalin kerja sama dengan Kementerian UMKM untuk membantu purna pekerja migran membangun usaha mikro, serta kerja sama dengan Kementerian Perdagangan bagi mereka yang ingin berorientasi pada ekspor.

“Bagi yang ingin kembali bekerja di sektor industri dalam negeri, kami arahkan ke perusahaan asing di Indonesia seperti Jepang dan Korea. Jadi, pemberdayaan ini punya siklus mulai dari pelatihan, bekerja, kembali, hingga berdaya secara ekonomi,” jelas Mukhtarudin.

 

Capaian Penempatan dan Arah ke Depan

Hingga saat ini, Kementerian P2MI telah berhasil menempatkan lebih dari 276.000 pekerja migran Indonesia di berbagai negara. Penempatan pekerja migran Indonesia mayoritas tersebar di Hong Kong, Taiwan, Malaysia, Jepang, dan Singapura.

Mukhtarudin menegaskan bahwa seluruh upaya ini merupakan bagian dari grand design besar pemberdayaan pekerja migran Indonesia, mulai dari peningkatan kapasitas, perlindungan, hingga pemberdayaan ekonomi setelah kembali ke tanah air.

“Kita ingin menciptakan sistem yang terintegrasi dari hulu, tengah, hingga hilir. Pekerja migran harus terlindungi, berdaya, dan punya masa depan yang jelas,” pungkas Menteri P2MI Mukhtarudin. []

Advertisement
Advertisement

Leave a Reply