April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pendidikan Tinggi Kunci Tingkatkan Kualitas PMI Hong Kong

3 min read

HONG KONG – Pendidikan tinggi menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas SDM dan juga taraf hidup para kerja migran Indonesia. Karenanya, kemudahan dan keterjangkauan akses pendidikan tinggi perlu dibuka seluas-luasnya bagi mereka.

Akses pendidikan tinggi bagi pekerja migran Indonesia ini menjadi isu penting yang diangkat webinar yang digelar Universitas Terbuka unit Hong Kong ( UT Hong Kong) mengangkat tema “Memaknai Peran Mahasiswa UT Luar Negeri dalam Kampus Merdeka” (07/02/2020).

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Prof. Muhadjir Effendy menjadi salah satu pembicara kunci dan didampingi dengan Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti, Prof. Aris Junaidi.

Dalam sambutan pembukaan, Rektor UT, Prof. Ojat Darojat mengungkapkan saat ini melayani mahasiswa di lebih dari 43 negara. “Bahkan dalam ujian kemarin, secara sistem UT mencatat melayani ujian atau exam di 91 negara,” ujar Prof. Ojat.

“Ini coverage yang luar biasa. Ini berarti UT makin membahana di dunia,” tegas Rektor UT.

Akses pendidikan tinggi

Peran penting UT dan integrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran khususnya di masa pendemi mendapat afirmasi dari Menko PMK, Prof. Muhadjir Effendy.

“Dengan adanya pandemi, kita makin menyadari pentingnya teknologi informasi dan komunikasi seiring dengan diintrodusinyna revolusi industri 4.0,” jelas Prof. Muhadjir.

Ia melanjutkan, “secara tiba-tiba, siap atau tidak siap, pendidikan Indonesia harus beralih dari pendidikan tatap muka menjadi PJJ atau campuran keduanya. Pendidik dan peserta didik harus melakukan transformasi yang menuntutk kreativitas dalam penguasaan TIK.”

Hal ini, tambahnya, perlu didukung dengan beragam strategi mulai dari penguatan infrastruktur, penggunaan TIK dan kurikum yang sesuai hingga penggunaan muliti platform dalam proses belajar mengajar.

“Hijrah”-nya pendidikan ke PJJ meski membawa dampak positif, di sisi lain Menko PMK mengingatkan sisi negatif di mana tidak semua siswa dapat mengikuti secara optimal pembelajaran karena beragam sebab, seperti faktor geopasial Indonesia yang sangat heterogen.

“Konsekuensi ini makin menciptakan ketimpangan dalam memperoleh akses pembelajaran. Jangan bayangkan Indoensia seperti kota-kota besar. Akses mendapatkan itu tidak semelimpah di kota-kota besar,” tegas Prof, Muhadjir mengingatkan.

Dalam kesempatan sama, Prof. Ojat berharap integrasi TIK dalam pembelajaran dapat menjawab learning loss. Terkait hal itu, UT membuka akses bahan ajar yang dapat diakses secara gratis oleh dosen, mahasiswa maupun pendidik.

“Selain itu, dalam konteks Kampus Merdeka saat ini ada 14 perguruan tinggi konvesional, baik negeri maupun swasta mengambil mata kuliah online ke UT. Ada sekitar 12.000 mahasiswa telah mengabil mata kuliah umum (KMU/MKDU), secara online ke UT,” ungkap Prof. Ojat.

“Kita membuka pintu selebar-lebarnya agar semua mendapatkan pengalaman kuliah online,” katanya.

Meningkatkan kemampuan diri

Dalam kesempatan sama, Menko PMK, Prof. Muhadjir juga memberikan apresiasi kepada para mahasiswa UT luar negeri yang menjalankan 2 fungsi sekaligus: bekerja dan belajar.

“Mereka yang harus bekerja keras dan sambil kuliah,  dari sisi belajar sangat berpengaruh pada pertumbuhan kematangan pribadi yang bersangkutan. Ini satu hal yang luar biasa. Semangat belajar yang perlu diapreasisi,” tegas Prof. Muhadjir.

Sekaligus Menko PMK memberikan pujian bagi UT yang turut memberikan andil dalam memberikan akses kepada siapa saja yang memiliki minat dan kemampuan menempuh pendidikan tinggi.

Ricky Suhendar, Konsul Jenderal Indonesia untuk Hong Kong menilai pendidikan tinggi menjadi sarana pekerja migran dalam meningkatkan kapasitas keterampilan diri.

Ia menilai bekerja sambil belajar sangat berat karena dituntut disiplin diri dan motivasi yang sangat kuat.

“Saya memahami, menjadi pekerja migran di Hong Kong tidak untuk selamanya. Meningkatkan pendidikan ke jenjang lebih lebih tinggi akan sangat bermanfaat sekembalinya bekerja dari Hong Kong,” papar Ricky.

Atase Pendidikan KBRI Beijing, Yaya Sutarya, mendorong para pekerja migran dapat mengambil kesempatan beasiswa yang ditawarkan pemerintah China dalam berbagai skema beasiswa.

“Pemerintah China membuka banyak skema. Mulai dari full scholarship yang menjamin biaya hidup, sekolah dan lain-lain, maupun beasiswa parsial yang lebih murah. Mahasiswa pun mendapatkan mendapat subsidi makan hingg 70 persen,” jelas Yaya.

“Pesan saya, cobalah membuat mimpi. Setelah belajar di UT Hong Kong, pulang akan menjadi apa, peran apa yang bisa saya ambil setelah pulang ke Tanah Air,” pesan Menko PMK di penghujung paparan.

Ia berharap semangat ini dapat diintegrasikan dalam tugas akhir, dirancang dengan cermat sehingga para pekerja migran dapat memberikan manfaat besar bagi masyrakat saat kembali ke tanah air. []

Sumber Kompas.com

Advertisement
Advertisement