April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pengakuan M, PRT Asing Di Kowloon yang Saat Libur Terjebak Kemacetan, Terlambat Pulang, Lalu Diberhentikan

2 min read
Ilustrasi Foto : Sylvia Yu Friedman & Matthew Friedman

Ilustrasi Foto : Sylvia Yu Friedman & Matthew Friedman

HONG KONG – Bekerja selama enam hari yang seringkali hanya terus menerus berada didalam rumah tanpa ada kesempatan menghirup dan melenggang di udara bebas tentu sarat dengan resiko kelelahan psikis saat tingkat kejenuhan mencapai titik batas toleransi masing-masing individu.

Demikianlah keseharian profesi domestic worker atau pekerja rumah tangga di Hong Kong khususnya.

Liburan dan refreshing sangat diperlukan untuk mengembalikan kebugaran bukan saja fisik, melainkan juga mental. Namun apa yang terjadi jika situasi Hong kong sedang dilanda gelombang unjuk rasa berkepanjangan seperti sekarang ?

Ada pengakuan mengenaskan, dari seorang PRT asing berinisial M saat usai menikmati liburan dua hari (30 September dan 1 Oktober 2019) kemarin.

Krepada Jurnalis di Hong Kong, Besty Joles dan Jaimi Chu, menuturkan, M yang berniat refreshing untuk memperbaiki stamina hingga saat bekerja dia bisa memberikan kualitas kerja kepada majikan yang memperkerjakannya justru mengalami nasib naas.

Menikmati liburan dua hari atau yang oleh masyarakat Hong Kong disebut dengan Sunday off on the Double Ninth Festival long weekend, M yang saat dalam perjalanan pulang, terjebak kemacetan luar biasa.

M, beserta teman-temannya secara berombongan menikmati libur dua harinya dengan mendatangi objek wisata di megahnya gedung tinggi kawasan Shenzhen.

Pada sore hari 1 Oktober 2019, saat M beserta teman-temannya memasuki Hong Kong lagi, petugas imigrasi yang memeriksanya memberitahu jika seluruh MTR berhenti beroperasi. Alasannya karena ada bentrokan pengunjuk rasa dengan petugas keamanan yang membuat keamanan perjalanan MTR beserta penumpangnya menjadi rawan.

M berikut teman-temannya tentu sangat khawatir, di atas tanah yang jauh dari kampung halaman, M dan teman-temannya berunding mencari alternatif alat transportasi yang bisa mengantarkan mereka kembali ke rumah majikan mereka masing-masing.

Berhasil mendapatkan bis, M sampai di rumah majikannya di kawasan Kowloon hampir mendekati tengah malam. Pukul 23:00 M mengetuk pintu rumah majikan.

Saat menghubungi majikan lewat sambungan telpon, M mendapat jawaban singkat, jelas dan sederhana, ‘kamu terlambat pulang, kamu melanggar aturan, kamu saya berhentikan’.

Keesokan harinya, majikan M benar-benar mewujudkan ucapannya. M tidak lagi diijinkan masuk ke rumah majikan. Seluruh barang-barang M di-pack sendiri oleh majikannya, kemudian diantarkan ke agen yang menyalurkan.

Di tempat majikan tersebut, M bertanggung jawab mengasuh anak perempuan berusia 10 tahun beserta seekor anjing. []

Advertisement
Advertisement