Penyebab Kasus Harian Corona di Indonesia Masih Tinggi
JAKARTA – Pemerintah Indonesia menyebut kasus COVID-19 di Indonesia mulai terkendali dan saat ini sudah memasuki endemi. Namun faktanya, virus SARS-CoV-2 masih terus bermutasi dengan melahirkan berbagai varian, salah satunya subvarian Omicron BA.5.
Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, membeberkan bahwa subvarian Omicron BA.5 menjadi varian yang mendominan. Subvarian ini menyumbang sebagian besar kasus COVID-19 di Indonesia.
“Hampir sekitar 95 persen yang mendominasi sekarang itu BA.5, itu varian dari Omicron juga. Kemudian juga ada XBB, sudah ada BN.1 dan BF.7, tapi jumlahnya sedikit,” jelasnya dalam diskusi daring, Sabtu (14/01/2022).
Meski subvarian Omicron BA.5 tidak menyebabkan keparahan, kemunculan mutasi baru tidak bisa disepelekan. Sejauh ini, virus SARS-CoV-2 masih bermutasi dan memunculkan varian dengan kemampuan baru.
Jika kemunculan mutasi baru tidak dikendalikan, menurut dr Erlina, dapat berpeluang besar menciptakan penambahan kasus.
“Kalau ini dibiarkan terus, jumlahnya akan banyak. Kalau dia banyak, akan bermutasi lagi, dan kalau dilihat kondisinya sekarang sulit untuk ditebak. Kita anggap suatu varian sebagai akhir, ternyata muncul lagi yang baru,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan tingkat penularan subvarian BA.4 dan BA.5, lebih cepat sekitar 1 sampai 3 kali lipat dapat menembus vaksinasi. Artinya, subvarian tersebut memiliki kemampuan lebih besar menjangkit seseorang meski sudah divaksin. []