Proses Kreatif Perjalanan Hidup Anak Seorang PMI, Dari Gemar Menulis, Kecanduan Game, Hingga Memutuskan Membuka Usaha Kuliner
BANTEN – Pada era tahun 2000-an, Endang Rukmana termasuk penulis yang cukup produktif. Sejak duduk di bangku SMA, Endang rajin menulis di media massa lokal. Karyanya juga kerap menjuarai berbagai lomba hingga di tingkat nasional, termasuk lomba yang digelar Unicef.
Dilansir dari Banten News, produktifitasnya dalam menulis semakin memuncak ketika ia melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia. Bersama salah satu penerbit nasional, alumni SMAN 1 Kota Serang tersebut banyak menelurkan karya novel komedi. Endang mengaku bahwa motivasi dirinya menulis adalah karena kebutuhan ekonomi. Endang tinggal bersama ibu dan adik-adiknya dari keluarga sederhana. Ibunya adalah pekerja migran Indonesia (PMI).
Dari tahun 2006 – 2009, Endang telah melahirkan belasan novel, di antaranya berjudul Sakit 1/2 Jiwa, Pahe Telecinta, Gotcha, Blackforrest Blossom, Toilet (Kalau Vampire Kebelet Gaul), No Manyoon. Sebagian novel Endang termasuk best seller.
Menjadi penulis yang produktif membuat ekonomi Endang berangsur meningkat. Namun di puncak karir menulisnya, Endang malah terlena dengan dunia game. Ia kecanduan game hingga menguras keuangannya dan tak lagi produktif menulis. “Saya pernah sampai dua hari dua malam gak tidur karena main game,” cerita Endang saat berdialog dengan BantenNews.co.id, beberapa waktu lalu.
Akibat kecanduan game, kehidupan Endang menjadi terpuruk. Ia bahkan tak berani untuk keluar sekadar memenuhi undangan pernikahan teman-temannya. “Lake picis (gak punya uang – red),” ujarnya.
Endang tepuruk hingga nyaris di titik nadir. Ia merasa sudah kehilangan harapan. “Untungnya saya tidak punya motivasi bunuh diri,” ujarnya.
Hampir sepuluh tahun Endang dalam keterpurukan. Pada 2019, Endang memulai kembali untuk bangkit. Ia mengikuti sebuah tantangan salah satu penerbit untuk menyelesaikan sebuah novel dalam waktu sebulan. Terbukti ia sanggup dan mampu memenuhi tantangan tersebut. Novel berjudul Valterra lahir sebagai penanda bahwa ia masih memiliki harapan.
Ia juga mencoba peruntungan lain. Pada Januari 2020, ia menjalin kerja sama dengan kawannya membuka usaha kuliner ayam geprek. Dalam tiga bulan kemudian ia sudah membuka cabang baru. Ia bersyukur, pandemi Covid-19 tak mematikan bisnisnya. Bahkan bisnisnya perlahan menggeliat. Awal Agustus lalu ia membuka kembali cabang yang besar di sekitar Ciracas, Kota Serang. “Cabang baru ini saya beri nama Dapoer Geprek Dewek. Tapi menunya tak hanya ayam geprek,” ungkapnya.
Endang mengakui bahwa banyak orang di sekelingnya yang sangat membantu dirinya untuk bangkit, termasuk teman di media sosial yang secara fisik belum.pernah ia temui. “Teman-teman di komunitas Rumah Dunia, teman di medsos, teman sekolah tentu banyak mendukung. Mestakung, semesta mendukung untuk saya bangkit kembali,” ujarnya. []