Rasa Ingin Tahu PMI Harus Tinggi
5 min readHONG KONG – Hong Kong selalu terasa spesial bagi siapa saja yang pernah tinggal, bekerja, atau bertugas di sana. Selalu saja ada kenangan yang tak mudah dilupakan dari Negeri beton. Termasuk, yang dirasakan oleh Iroh Baroroh, Konsul Tenaga Kerja Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong yang baru saja mengakhiri masa tugasnya pada 4 Juli 2017 lalu.
Selain kesan, Iroh juga menyampaikan pesan penting buat PMI Hong Kong. hal itu terungkap saat wawancara dengan Apakabar Plus, menjelang kepulangan pejabat pengganti almarhumah Sendra Utami itu ke Tanah Air, berikut ini…
Sejak kapan Ibu bertugas di Hong Kong?
Saya pertama kali datang ke Hong Kong 16 September 2014.
Prioritas kerja apa yang diamanatkan Kementerian Tenaga Kerja kepada Ibu?
Tak ada prioritas khusus. Hanya melanjutkan yang ada untuk diselesaikan, ditambah improvisasi dan peningkatan.
Lalu, improvisasi apa yang Ibu lakukan?
Tak banyak. Saya lebih banyak melanjutkan apa yang sudah dilakukan teman-teman (pejabat) sebelum saya. Hanya, memperbanyak jejaring saja.
Jejaring apa saja?
Komunitas-komunitas, lembaga, termasuk instansi di pemerintahan Hong Kong.
Dari sana, kerja sama kegiatan apa saja yang dilakukan KJRI untuk pekerja migran di Hong Kong?
Selain melanjutkan pelatihan-pelatihan yang sudah ada, kami juga menyelenggarakan beberapa pelatihan baru. Misalnya, dengan Enrich untuk training pengelolaan keuangan. Karena ternyata masalah terbesar teman-teman (PMI) di sini adalah masalah pengelolaan keuangan. Pada saat saya datang, masalah terbesar ada di situ: Sedang marak kasus investasi bodong dan penipuan oleh hancker akun Facebook. Selain itu, banyak cerita teman-teman, lama bekerja di sini namun tidak ada hasilnya. Akhirnya, kami ketemu partner dan tercetuslah ide untuk memberikan pelatihan ini, untuk memberikan edukasi tentang bagaimana mengelola keuangan.
Apa tujuan dari pelatihan ini?
Agar teman-teman paham dengan perencanaan keuangan yang baik seperti apa, mereka juga paham untuk mengelola keuangan berdasarkan urutan prioritas. Juga, agar teman-teman memahami apa itu investasi dan terhindari dari penipuan bermoduskan investasi bodong. Intinya, untuk mengamankan uang hasil jerih payah mereka selama bekerja di Hong Kong.
Kegiatan lainnya?
Kami juga menyelenggarakan pelatihan terkait dengan kesehatan perempuan. Kami bekerja sama dengan Family Planning, PathFinders, dan tim kesehatan pemerintah Hong Kong.
Kami juga melakukan pelatihan merawat orang tua, bekerja sama dengan Jockey Club. Kami juga melakukan pelatihan babysitter (pengasuhan anak). Semua itu untuk meningkatkan kapasitas (kemampuan) teman-teman (PMI).
Apa keuntungannya buat pekerja migran dengan mengikuti pelatihan perawatan bayi dan orang tua?
Begitu mereka mendapatkan job mengurus bayi, sudah paham apa yang harus dilakukan sebagai pengasuh bayi. Mana yang boleh dilakukan, dan mana yang tidak boleh. Meskipun disuruh oleh majikan, dia tahu, itu menjadi kapasitasnya dia atau bukan untuk melakukannya. Mana yang menjadi bagian tugas babysitter, mana yang menjadi kapasitas orang ahlinya. Sehingga, dia nantinya tidak disalahkan. Termasuk, dalam merawat orang tua. Kan kadang, majikan inginnya, pekerjanya itu, padahal domestic helper, tapi juga diminta melakukan tugas nurse (perawat/suster). Ada hal-hal tertentu yang tidak boleh dilakukan seorang domestic helper, karena dia tidak terdidik khusus untuk itu. Sehingga, jika tetap dia lakukan, jika ada risiko, dia yang disalahkan.
Apa misalnya?
Misalnya, anak yang diasuhnya mengalami step (kejang-kejang). Yang harus dia (PMI) lakukan adalah melaporkan kondisi itu ke majikannya untuk dilakukan tindakan medis oleh dokter. Dia tidak boleh serta merta melakukan tindakan medis terhadap anak yang diasuhnya. Kalau dia ambil tindakan sendiri berdasarkan pengetahuannya yang terbatas, bisa fatal akibatnya. Diberikan juga kiat-kiat dalam menghadapi anak.
Kalau sudah begitu, adakah efeknya ke penghasilan dan kesempatan kerja PMI?
Kan materi yang diberikan dalam pelatihan kita masih dasar. Tapi ada seorang PMI yang melapor, setelah dia mengikuti pelatihan, oleh majikannya diberikan pelatihan tingkat advance (lanjutan) di Jockey Club, gratis. Padahal itu biayanya mahal. Buat level Hong Kong, alumni pelatihan itu sudah terpercaya untuk tugas-tugas perawtan bayi dan orang tua.
Pelatihan di Jockey Club berbayar. Tapi dengan kegiatan yang kita lakukan, teman-teman bisa mengikutinya secara gratis. Awalnya, kita haya minta beberapa kali saja. Tapi belakangan, pihak Jockey Club yang meminta kepada kita untuk penyelenggaraan kelas-kelas berikutnya. Padahal, dulu kita negonya lumayan alot. Perubahan sikap itu mungkin melihat antusiasme yang tinggi dari peserta. Juga, dengan pelatihan ini mereka mendapatkan informasi melalui pengalaman lapangan yang dihadapi teman-teman.
Sedangkan untuk pelatihan bahasa Kantonis, kami perkuat denngan memulainya dari level sangat dasar. Sebab, berdasarkan analisa kami, banyak teman-teman yang di-terminate dini: baru seminggu, 2 minggu, sebulan, itu kendalanya di bahasa. Maka kita berikan kelas pemula. Ada bantuan dari relawan Diaspora Indonnesia untuk mengajarkan bahasa Kantonis kelas pemula untuk teman-teman.
Kalau di masa lalu, jika ada pekerja yang kurang mampu berbahasa, majikan mengajarinya. Tapi sekarang, apalagi majikan-majikan muda yang sibuk, maunya siap pakai, sebab mereka sudah bayar mahal untuk mendatangkan pekerja rumah tangga. Makanya, ada yang dicubit karena saking gemesnya.
Jadi, pelatihan-pelatihan ini, pertama, menjawab salah satu persoalan termination (pemutusan) kontrak, yakni bahasa. Kedua, meningkatkan kapasitas supaya dia (PMI) memiliki posisi tawar dengan majikan, karena dia punya ketrampilan lebih. Ketiga, mereka jadi memiliki peluang kerja lebih luas, karena job yang tadinya dihindari, karena ada pelatihan mereka menjadi mengerti. Yang selama ini dikhayalkan takut karena tidak memiliki ilmu dan pengalaman, dengan diberikannya wawasan ini, dia (PMI) jadi bisa terima job itu. Kalau tidak tahu, tidak punya bayangan, kan pasti tidak berani.
Ketramplan-ketrampilan itu, apakah hanya berguna di Hong Kong saja?
Ada teman-teman yang sudah senior saya tanya, mengapa masih mau mengikuti pelatihan mengurus bayi. “Saya nanti pulang mau buka jasa penitipan bayi,” kata mereka. Berarti, dia sudah punya ide bagus. Ini peluang usaha, karena di Indonesia banyak perempuan pekerja.
Menurut saya, di berbagai kota besar di Indonesia sudah butuh tempat penitipan anak. Kami selalu memberikan motivasi, jika memang ada bakat di situ, untuk mencari pelatihan lanjutan yang lebih profesional di bidang ini. Yang kami berikan, hanya dasar utuk modal bekerja di sini.
Hampir 3 tahun, masalah apa yang Ibu hadapi selama bertugas melayani PMI di Hong Kong?
Masalah utama, kurangnya informasi. Karena masalah dari tahun ke tahun, dari peiode ke periode, selalu yang itu-itu saja: Penahanan paspor, klaim hak, dan masalah sakit.
Sebetulnya, jika edukasinya cukup, dan rasa ingin tahu teman-teman tinggi, selesai (masalah itu). Sebab, teman-teman kan dikasih buku, diberikan sosialisasi, diberikan berbagai petunjuk. Rasa ingin tahu teman-teman kurang. Harusnya, karena akan bekerja di negara orang, harus merasa tahu apa saja yang harus diketahui. Janga hanya nekad.
Apa solusinya?
Kita harus melakukan sosialisasi dengan cara yang mereka (PMI) sukai dan lebih sering menyelenggarakan pelatihan kader. Karena mereka sering bilang, “kata teman saya”, maka “teman saya” ini yang harus digarap. Berarti, peran ketua-ketua majelis dan organisasi penting. “Teman saya” ini harus benar dalam memberikan informasi. Karena mereka tidak ada jarak jika dengan teman sendiri.
Sebelumnya, Ibu pernah bertugas di luar negeri?
Hong Kong ini yang pertama.
Apa kesan yang Ibu dapatkan?
Suprise (kejutan) buat saya, karena ini tugas pertama saya di pelayanan. Selama di Jakarta, saya di bagian perencanaan. Jadi, betul-betul memberikan pelayanan kepada orang langsung, baru di sini. Ternyata, ini pengalaman yang baru. Saya juga dapet banyak ilmu, bertemu dengan banyak orang.
Apa kesimpulan Ibu tentang Hong Kong?
Hong Kong seru! [razak]