April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Saat Ada yang Anarkis Dalam Unjuk Rasa Damai, Seorang Polisi Terluka di Leher

3 min read

HONG KONG – Pengunjuk rasa Hong Kong serta polisi antihuru-hara terlibat bentrok di sekitar kota Hong Kong pada Minggu 13 Oktober. Para petugas polisi dengan perlengkapan lengkap berupaya mengejar para demonstran melalui kerumunan pembeli makan siang yang ketakutan.

Salah satu petugas polisi mengalami luka sayatan di leher saat mengamankan demonstrasi.

Awalnya unjuk rasa berlangsung damai. Beberapa ratus orang pada tengah hari meneriakkan berbagai slogan, seperti “Bebaskan Hong Kong.”

Namun, pada sore hari aktivis berpakaian hitam menghancurkan toko-toko serta stasiun metro. Tak hanya sampai situ, mereka bahkan membangun blokade jalan di sekitar kota, seperti dilansir channelnewsasia.com, Senin (14/10/2019).

Dalam sebuah pernyataan, Polisi Hong Kong menyatakan seorang petugas kepolisian terluka di bagian leher. Hal itu terjadi setelah seorang pengunjuk rasa menyerangnya sekitar pukul 17.30 di sekitar Stasiun MTR Kwun Tong.

“Satu pengunjuk rasa menggunakan benda berujung tajam untuk melukai leher petugas kepolisian dari belakang,” kata polisi Hong Kong.

Polisi terluka tersebut segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, dua pengunjuk rasa ditangkap.

 

Vandalisme dan Persekusi

Polisi antihuru-hara terlibat dalam pertempuran kecil dengan berbagai kelompok demonstran bertopeng pada Minggu 13 Oktober 2019.

Pengunjuk rasa tersebut berkerumun di beberapa lokasi. Terlepas dari jumlah kerumunan yang lebih kecil serta tidak lebih kejam dari unjuk rasa akhir pekan lalu.

Aksi unjuk rasa meletus di beberapa lokasi. Aksi tersebut diwarnai blokade jalan-jalan, pelemparan objek/benda ke jalur kereta, membuat gambar graffiti, hingga memecahkan beberapa kaca toko-toko yang pro-China.

Kemudian, polisi Hong Kong mencegat para aktivis dengan melakukan puluhan penangkapan.  Tak hanya itu, salah seorang wanita paruh baya juga dipukul kerumunan demonstran. Hal itu setelah wanita tersebut terlihat membantu polisi membersihkan barikade, seperti penuturan seorang reporter AFP.

Wanita tersebut dipukul dengan tinju dan payung. Wajahnya pun kemudian berlumuran lumpur.

Sementara itu, polisi anti huru-hara dengan menggunakan bambu mengejar beberapa pengunjuk rasa di distrik Mongkok. Kemudian para pengunjuk rasa yang terbaring di tanah tersebut ditangkap.

Di distrik Tai Po, petugas menyerbu sebuah pusat perbelanjaan. Hal itu akibat vandalisme para demonstran yang menandai sejumlah bisnis dengan slogan-slogan. Kantor pemerintah di sekitarnya pun turut dirusak pengunjuk rasa.

Gas air mata telah ditembakkan di kedua distrik. Sementara itu, gerombolan massa dan bentrokan singkat turut terjadi di empat lokasi berbeda lainnya.

Sebuah forum online digunakan para pengunjuk rasa untuk mengorganisir demonstrasi. Mereka bahkan memberikan tema ‘blossom everywhere’ (mekar di mana-mana) untuk mendorong para aktivis berkumpul di mal-mal kota.

Kerumunan-kerumunan kecil turut memiliki andil dalam membawa kekacauan ke bagian kota dalam protes yang masuki akhir pekan ke-19 berturut-turut.

 

Sebab dan Akibat

Hong Kong mengalami empat bulan demo besar-besaran yang mengguncang wilayah tersebut. Bentrokan semakin keras terjadi antara pengunjuk rasa dengan polisi. Tak hanya itu, transportasi reguler turut mengalami gangguan sebagai imbas demo yang bergulir.

Gelombang protes diawali dari perlawanan terhadap hukum ekstradisi ke daratan China bagi pelanggar hukum di Hong Kong. Semenjak itu, pertempuran jalanan antara polisi huru-hara dengan pengunjuk rasa sudah menjadi kejadian mingguan.

Sementara itu, kerusuhan sengit terjadi pada saat perayaan ulang tahun ke-70 Komunis China pada awal Oktober lalu. Kemudian, bentrok semakin intensif akibat pelarangan masker dalam protes.

Hingga kini, vandalisme terus terjadi. Menargetkan jaringan kereta bawah tanah serta bisnis-bisnis pro-China.

Imbasnya terbesar dari protes yang berlangsung adalah pada perekonomian Hong Kong. Reputasi stabilitas Hong Kong rusak, dan wisatawan menjadi enggan berwisata karena takut. []

Advertisement
Advertisement