April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Salah Satu Sebab Kekerasan Terhadap Anak Adalah Perceraian Kedua Orang Tuanya

2 min read

JAKARTA – Kasus kekerasan pada anak terus meningkat setiap tahunnya, hingga membuat para orang tua khawatir dengan keselamatan anak-anaknya.

Dampak dari kekerasan itu bukan hanya dapat meninggalkan bekas luka, tetapi juga perilaku menyimpang hingga penurunan fungsi otak anak. Luka itu membekas bahkan hingga korban berusia dewasa.

Dilansir dari Kompas.com, psikolog Universitas Airlangga (Unair), Ika Yuniar Cahyant mengatakan, tindak kekerasan pada anak dalam jangka panjang dapat berdampak serius terhadap psikologis anak. Parahnya, hal ini juga dapat menyebabkan trauma pada anak.

“Akibat dari psikologis kekerasan terhadap anak antara lain penarikan diri, ketakutan, tindak agresif, emosi yang labil, depresi, cemas, merasa minder, merasa tidak berharga, dan lain sebagainya,” ujar Ika.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Kendari mencatat, jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Kota Kendari sepanjang tahun 2022 mencapai 44 kasus.

Kepala DP3A, Siti Ganef mengatakan, penyebab dari kekerasan terhadap anak adalah dari lingkungan terdekatnya, seperti adanya perpisahan atau perceraian orang tua dan faktor ekonomi keluarga.

“Jadi untuk keluarga atau orang tua anak, berikan edukasi, kenyamanan dan rasa aman di dalam rumah dan libgkungannya, sehingga anak-anak mendapatkan pelajaran yang baik dan siap beradaptasi di lingkungan luar,” ujar Siti, Kamis (19/01/2023).

Dia menghimbau untuk orang tua anak tetaplah berhati-hati kepada orang-orang terdekat dan jangan mudah menitipkan anak kepada orang lain walaupun itu keluarga sendiri.

Maraknya kasus kekerasan pada anak membuat banyak orang tua merasa khawatir saat anak-anaknya main di luar rumah. Seperti salah satu orang tua di Kota Kendari, Rosniati yang selalu mengawasi anaknya yang masih berumur 7 tahun jika bermain di luar lingkungan rumahnya.

“Saya selalu memberi tahu anaku untuk tetap hati-hati sama orang yang tidak dikenal, bahkan saga mengajarkan kepada anak untuk tidak berbicara dengan orang yang tidak dikenal,” ujar Rosniati. []

Advertisement
Advertisement