Sejak Muda Menjadi Tulang Punggung Keluarga, Sudah Tua, Kehidupan PMI Bernama Zubaidah Justru Terlunta-Lunta di Negara Penempatan
SURABAYA – Kisah pilu menggambarkan kehidupan pekerja migran Indonesia yang antara cita-cita dengan kenyataan tidak sesuai, bahkan seringkali justru membawa pada sebuah ironi taraf kehidupan yang memilukan kembali terjadi.
Terkini, dialami oleh Aidah alias Siti Zubaidah (48).
Terkuaknya derita Aidah bermula dari beredarnya sebuah video yang diunggah melalui sosial media.
Dalam video tersebut, menuturkan kehidupan Aidah yang kini terlantar di Malaysia.
Menurut keterangan si perekam, sudah setahun perempuan bernama Aida itu didera sakit yang membuatnya tak lagi lancar berbicara.
Sakit itu pula yang membuat perempuan kelahiran tahun 1975 ini tak lagi bisa bekerja. Selama setahun terakhir hidupnya, ia lalui hanya berbaring di sebuah kamar tumpangan yang tak begitu luas.
Hidup Aida kian nestapa karena handphone-nya telah lama rusak sehingga putus komunikasi dengan anak dan keluarga. Aida saat ini ditampung PMII lainnya di daerah Padang Jawa, Selangor.
“Ini KTP-nya, namanya Aida, warga Kraton, Bangkalan. Barangkali ada yang kenal, mohon disampaikan ke keluarganya, kasihan,” kata si perekam.
Pihak Kelurahan Kraton merespon cepat viralnya video ini. Pertama-tama mereka menghubungi para ketua RT dan RW dan akhirnya diketahui bahwa Aida bernama asli Siti Zubaidah adalah warga RT 02, RW 03 Kelurahan Kraton.
“Kami langsung komunikasi dengan keluarganya, juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Disnaker. Jadi untuk pemulangan ibu Aida ini harus berkoordinasi dengan KBRI di Malaysia,” kata Lurah Kraton, Imam Hanafi.
Sosok Pekerja Keras dan Menjadi Tulang Punggung keluarga Sejak Muda
Di keluarganya, Aida dikenal sebagai sosok pekerja keras sejak muda. Karena itu sebagian besar hidupnya dihabiskan sebagai pekerja migran. Arab Saudi menjadi negara pertama yang dituju Aida selepas lulus SMA. Ia bertahan selama 12 tahun di negeri minyak ini.
Pasca dari Saudi, ia lalu merantau ke Malaysia dan pulang enam tahun kemudian. Saat suaminya meninggal dunia, ia memutuskan berangkat lagi ke Malaysia dan tidak pernah pulang hingga kini.
Keluarga berharap Aida bisa dipulangkan, agar bisa berkumpul lagi dengan anak, cucu dan keluarganya.
“Bibi merantau sejak saya SMP, kalau diingat-ingat, paling cuma tiga kali dia pulang, selebihnya dia berada di perantauan,” kata Moh. Arifin, keponakan Aida. []
Sumber Liputan 6