Selama Pandemi, Jumlah Anak – Anak Berkacamata di Hong Kong Meningkat
HONG KONG – Pandemi Covid-19 memberi konsekuensi pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah penglihatan anak-anak yang memburuk. Peneliti di Hong Kong mendeteksi peningkatan pesat dalam rabun jauh (miopi) selama tahun lalu di antara anak-anak usia 6-8 tahun.
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kasus miopi yang didiagnosis meningkat lebih dari 10 persen. Meskipun tidak mungkin untuk mengatakan dari data apakah rabun jauh ini secara langsung terkait dengan pandemi.
Tetapi menghabiskan waktu di luar ruangan diketahui menurunkan risiko anak terkena rabun jauh, ketimbang saat melakukan ‘pekerjaan dekat’ seperti membaca, menulis, atau melihat layar gadget.
Faktanya, penelitian terbaru menunjukkan kurangnya waktu di luar ruangan mungkin menjadi indikator miopi yang lebih besar daripada genetika. Oleh karena itu, ada kemungkinan penutupan sekolah dan lockdown karena pandemi menjadi penyebab meningkatnya rabun jauh di kalangan anak-anak belakangan ini.
“Meskipun karantina dan penutupan sekolah akibat pandemi tidak akan berlangsung selamanya, peningkatan adopsi dan ketergantungan pada perangkat digital, serta perubahan perilaku akibat kurungan rumah yang diperpanjang, mungkin memiliki efek jangka panjang pada perkembangan miopi pada populasi, terutama di antara anak-anak,” tulis para peneliti dalam makalah baru mereka, dikutip dari Science Alert.
Kuesioner penelitian mengungkapkan anak-anak di Hong Kong menghabiskan 68 persen lebih sedikit waktu di luar rumah selama pandemi, dari rata-rata satu seperempat jam di luar ruangan menjadi hanya 24 menit sehari.
Sedangkan waktu yang dihabiskan untuk menatap layar meningkat hampir 3 kali lipat, meningkat dari rata-rata 2,5 jam sehari, menjadi 7 jam sehari.
Hari ini di China miopi dianggap sebagai epidemi. Lebih dari 90 persen anak muda di sana mengalami rabun jauh, membuat generasi berikutnya rentan terhadap berbagai kondisi mata selama hidup mereka. []