Sempat Tertunda Karena Pandemi, BMC Gelar Wisuda
HONG KONG – Kelompok belajar Buruh Migran Cerdas (BMC) bimbingan Ciputra Entrepreneurship Center menggelar wisuda untuk angkatan 10,11 dan 12.
Agenda tahunan itu digelar di First Commercial Building 33 Leighton Road, Causwaybay, Hong Kong, Minggu (19/03/2023). Acara wisuda tersebut sempat tertunda tiga tahun karena pandemi covid.
Pendiri yang juga Ketua BMC Tri Sumiyati, mengatakan untuk wisudawan kali ini jumlahnya 33 orang. Mereka dinyatakan lulus setelah mengikuti program kelas khusus selama satu tahun untuk satu angkatan. Acara itu dihadiri juga puluhan alumni BMC yang sudah lulus sebelumnya.
BMC sudah ada sejak 8 tahun lalu. Sudah 600 lebih almuni yang ikut program kelas belajar dibimbing tim Ciputra Entrepreneurship Center (CEC) dari Universitas Ciputra. Banyak juga dari alumni BMC sudah jadi pengusaha UMKM di kampung halamannya di Indonesia.
“Setiap peserta wajib mengikuti program kelas selama satu tahun untuk satu angkatan. Waktu belajar kami bertemu setiap hari Minggu di taman Kowloon Tong Hong Kong.Memanfaatkan waktu libur untuk belajar bersama dengan para mentor. Sering juga belajar online dengan tim CEC di Indonesia. Sebagai syarat lulus, mereka wajib membuat tugas akhir. Tugas akhir itu dipersentasikan dihadapan tim penguji dari CEC. Peserta yang dinyatakan lulus akan mengikuti wisuda,” katanya.
Sementara itu pakar entrepreneurship Universitas Ciputra Antonius Tanan, turut hadir di acara itu. Ia juga menjadi pembimbing BMC sekaligus sebagai Independent Commissioner PT.Ciputra Development Tbk.
Kehadirannya dalam acara tersebut sekaligus memaparkan materi tentang entrepreneurship bagi audiens yang hadir diruangan itu. Temanya tentang Strategi Pulang Kampung. Topik itu dinilai penting agar alumni BMC punya bekal ketika pulang ke kampung halaman di Indonesia.
Program entrepreneurship bagi pekerja migran adalah impian Ir. Ciputra. Ia memimpikan suatu saat kelak akan lahir konglemerat baru dari kalangan pekerja migran.
Sebab itu sejak 2010 lalu program pelatihan dan sekolah khusus untuk pekerja migran dilakukan Ciputra Entrepreneurship Center.Selain di Hong Kong sebelumnya kegiatan juga dilakukan untuk pekerja migran di Singapura, Korea, Malaysia.
Dijelaskan Antonius, khusus untuk di Hong Kong pesertanya mayoritas adalah perempuan. Mereka menjadi tulang punggung keluarga dan juga pahlawan devisa bagi Indonesia.
“Topik strategi pulang kampung adalah topik yang saya sampaikan. Semua akan pulang kamung kan? Kita ingin pulang kampung dengan baik. Kita semua ingin agar kehidupan dapat dilanjutkan. Kita semua memiliki impian indah saat pulang kampung. Namun pada kenyataannya tidak selalu indah bukan? Oleh karena itu mari berstrategi untuk menghadapinya,”kata Antonius menyemangati.
Mari memeriksa alternatif peta jalan yang dapat dilalui. Melakukan pilihan dengan pertimbangan yang cocok. Siapkan diri untuk hadapi masalah dan tantangan yang mungkin timbul dan lakukanlah persiapan yang terbaik. Peta jalan hidup menjadi acuan bagi seseorang untuk sampai pada satu tujuan.
Dalam pemaparannya Anton menampilkan data dilayar monitor. Data yang berasal dari artikel CNBC edisi (27/04/2022). Yang isinya menjelaskan tentang data Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sumbangan devisa negara dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) mencapai Rp 130 triliun pada 2021. Nilai tersebut hanya kalah dari devisa yang diberikan oleh sektor minyak dan gas.
Peran PMI kata Antonius, turut mendorong berputarnya roda ekonomi di Indonesia. Mereka membangunkan rumah, membiayai pendidikan keluarga. Memberikan modal usaha untuk keluarga di kampung. Merawat lansia, membelikan kendaraan bermotor untuk anak. Sudah banyak berbuat untuk orang lain. Kini, sudah saatnya anggota BMC terus bersemangat membangun diri dan merawat masa depan sendiri.
Lalu sering kali muncul pula kendala. Yaitu bagaimana sulitnya memberikan penjelasan kepada keluarga?
Bahwa seorang PMI tidak bisa terus menerus menjadi kasir keluarga. Sebab, pulang kampung pun jadi keharusan. Ketika sudah bertahun-tahun bekerja di Hong Kong.
Semula bekerja jadi PMI dari usia muda. Saat itu tenaga PMI sangat dibutuhkan. Kalau sudah tua sudah tidak diperlukan lagi. Maka, PMI pun harus pulang kampung. Untuk itu perlu bekal persiapan untuk menyambut masa tua.
“Karena menua itu tidak bisa ditolak. Semua orang akan mengalaminya. Saat usia sudah sangat senior seperti 80 tahun lebih. Maka yang jadi perhatian itu adalah tinggal dengan siapa, biaya dari mana, kesehatan seperti apa. Untuk itu diperlukan persiapan matang dari sekarang. Khususnya bagi pekerja migran yang kelak akan pulang kampung. Agar bisa mandiri jadi entrepreneur untuk bekal hidup saat usia sudah tua,” pungkasnya. []