April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sesar Saddang Terus Bergoyang, Warga Mamasa Diteror Gempa Terus-Terusan

2 min read

Cuplikan peta gempa di Mamasa, Senin (12/11/2018). | BMKG

SULAWESI – Sebagaimana dalam pemberitaan sebelumnya, gempa mengguncang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat ratusan kali dalam sepekan lebih. Sejak 3 hingga 9 November lalu, tercatat sudah ada 217 gempa. Bahkan pada Senin (12/11/2018) saja, Mamasa diguncang gempa 6 kali yang dirasakan warga.

Menurut pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kekuatan gempa yang mengguncang Mamasa hari ini berkisar pada antara 2,7 hingga 4,2 skala Richter. Sedangkan gempa yang levelnya di atas skala 5, hanya tiga kali mengguncang.

Menurut Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, dilihat dari sebaran pusat gempa, ada kesesuaian dengan keberadaan struktur sesar Saddang. Klaster sebaran gempa masih terkonsentrasi pada zona jalur sesar.

“Ini merupakan fakta bahwa aktivitas gempa Mamasa berkaitan erat dengan reaktivasi sesar Saddang,” kata Daryono, Jumat (9/11/2018), seperti dinukil dari Kompas.com.

Diguncang Gempa 217 Kali, Ribuan Warga Mamasa Mengungsi

Menurut Koordinator Gempa Bumi BMKG Wilayah IV Makassar Jamroni, gempa terjadi akibat sesar Saddang yang kembali aktif. “Dikatakan aktif dibuktikan dengan kejadian gempa di Mamasa ini,” kata Jamroni, di Makassar, Rabu (7/11/2018) seperti dikutip dari Jawa Pos.

Jamroni menjelaskan, sesar Saddang adalah jenis sesar geser (strike-slip). Sesar ini membentang dari pesisir Pantai Mamuju, Sulawesi Barat, memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah. Lalu memotong Sulawesi Selatan bagian selatan, Kota Bulukumba, hingga ke Pulau Selayar bagian Timur. Panjang patahan membentang 60 hingga 70 kilometer dengan kedalaman sekitar 20 hingga 30 kilometer.

Sesar Saddang sendiri salah satu dari 40 patahan yang mengelilingi Pulau Sulawesi. “Ada yang bergesernya lebih pelan, dan ada yang agak cepat. “Seperti yang terjadi di Palu, patahan Palu Koro,” ujar Jamroni.

Sejak gempa pertama mengguncang pada Sabtu (3/11/2018) lalu, gempa tak kunjung reda. Akibatnya warga banyak yang mengungsi. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamasa, belasan ribu warga mengungsi. Mereka mendirikan tenda di lapangan terbuka.

“Daerah yang paling banyak pengungsi adalah Sumarorong, sampai sekarang kami mencatat sekitar 7.000-an warga Mamasa mengungsi ke sana,” kata Kepala BPBD Mamasa, Daud, Jumat (9/11/2018), seperti dipetik dari Tribun Makassar.

Di Sumarorong, pengungsi mulai terserang berbagai penyakit, seperti gatal-gatal, diare, demam tinggi, hingga mengalami hipertensi di lokasi pengungsian. Empat warga dibawa ke rumah sakit terdekat karena kondisinya perlu penanganan lebih lanjut.

“Dari 294 yang diperiksa, puluhan di antaranya terserang gatal-gatal diare, hingga hipertensi. Empat di antaranya karena kondisinya parah dirujuk ke puskesmas,” kata Kepala Puskesmas Sumarorong, Yustina Lolo.

Sedangkan kerusakan, belum ada kerusakan berat. Namun dari laporan yang ada, Daud menyatakan, pekan lalu ada 15 rumah dilaporkan rusak. “Kebanyakan retak-retak, belum ada yang sampai runtuh,” kata Daud, Jumat pekan lalu.[]

Advertisement
Advertisement