December 12, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sosial Media : Tanpa Tatap Muka Bukan Berarti Tanpa Etika

3 min read

ApakabarOnline.com – Sekarang ini, bagi sebagian masyarakat, mengakses internet bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Terlebih dengan didukung oleh murahnya harga ponsel pintar dan kartu provider internet. Namun, hal ini justru membuat sebagian masyarakat seringkali menyalahgunakannya, membuat masyarakat begitu mudah untuk berkomentar. Baik komentar positif, maupun komentar negatif, bergantung pada jenis dan konten yang diunggah.

Terlebih jika konten yang diunggah tersebut dianggap ‘negatif’ bagi sebagian besar netizen (para pengguna internet). Tidak mengherankan banyak orang yang akan berkomentar negatif, bahkan sampai menghujat habis-habisan orang yang mengunggah konten tersebut. Dalam ilmu psikologi hal ini sering disebut sebagai cyberbullying.

Hertz, salah seorang ahli psikologi, mengungkapkan bahwa cyberbullying merupakan ‘kekerasan’ dalam bentuk verbal atau kata-kata negatif yang dilontarkan seseorang melalui dunia maya. Selain itu, bentuk cyberbullying juga dapat berupa penyebaran foto yang melecehkan orang tersebut. Walau pada akhirnya penyebaran foto tersebut dapat membuat netizen memberikan komentar yang negatif.

Dampak dari adanya cyberbullying ini lebih banyak mengenai kondisi psikis ‘sang korban’ dibanding kondisi fisiknya. Dengan demikian, hal ini membuat seseorang tanpa sadar melakukannya karena kebanyakan orang berpikir bahwa hal tersebut ‘hanyalah’ sebuah komentar. Tanpa berdampak apapun bagi orang yang dikomentari.

Seringkali kita lupa bahwa semua orang itu tidak ada yang sama atau serupa. Terlebih dalam menyikapi cyberbullying tersebut. Ada yang merasa ‘masa bodoh’, tetapi banyak juga yang begitu memikirkan hal tersebut hingga memengaruhi kondisi psikisnya. Berawal dari stres, depresi, hingga yang paling parah yaitu bunuh diri. Ada beberapa kasus bunuh diri yang disebabkan oleh cyberbullying.

Salah satunya yaitu pada kasus Amanda Todd yang terjadi sekitar 5 tahun yang lalu. Dia mengunggah sebuah video ke dunia maya yang menceritakan kasus cyberbullying pada dirinya berupa penyebaran foto yang tidak senonoh oleh seseorang. Beberapa saat setelah video tersebut diunggah, dia memutuskan untuk bunuh diri. Berbagai komentar pun berdatangan dari para netizen. Sebagian mencaci, tetapi banyak juga yang ikut berbelasungkawa terhadap aksi bunuh diri yang membuat Amanda meninggal.

Lain lagi dengan kasus bunuh diri yang sepekan terakhir ini ramai diperbincangkan di kalangan netizen. Walau kasus bunuh diri ini bukan berawal dari cyberbullying, tetapi bunuh diri ini disiarkan secara langsung di dunia maya. Sampai saat ini, berbagai komentar masih ramai berdatangan di akun media sosialnya. Ada yang menyayangkan tindakannya tersebut, ada yang turut berduka, dan ada yang melihatnya dari sisi agama.

Pun banyak yang mencaci, memaki, dan menyerapahi dengan berbagai kata-kata yang kasar. Namun, mereka tidak menyadari jika komentar-komentar tersebut juga dibaca oleh keluarga orang yang bunuh diri tersebut. Tentunya, hal tersebut dapat memengaruhi kondisi psikis keluarga orang yang bunuh diri tersebut. Walau mungkin tidak berdampak langsung dan saat ini.

Cyberbullying pada dasarnya sama dengan bullying, hanya medianya yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kemudahan akses internet yang sering disalahgunakan masyarakat, salah satunya dengan berkomentar. Sebab, kebanyakan cyberbullying berupa komentar negatif yang dilakukan para netizen dan tanpa sadar komentar tersebut ‘hanya’ dianggap sebagai komentar biasa.

Untuk itu, bijaklah dalam menggunakan internet, bijaklah dalam komentar. Jangan asal berkomentar tanpa tahu duduk perkaranya. Sebab bisa jadi komentar yang kita lontarkan tersebut berdampak pada terganggunya kondisi psikis ‘si korban’ maupun keluarga dan kerabat dekatnya.[Pijar]

Advertisement
Advertisement