Sudah 510 Nyawa Melayang Dalam Kekerasan Kudeta Militer Myanmar
JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengecam kekerasan aparat keamanan Myanmar dalam menghalau demonstran antikudeta militer Myanmar.
“Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan (Myanmar) yang menyebabkan jatuhnya lebih dari 100 korban meninggal pada 27 Maret 2021,” kata Retno, dalam pertemuan dengan Menlu Jepang, Motegi Toshimitsu, dikutip Rabu (31/3/2021).
Menlu Retno meminta kekerasan dihentikan dan mengutamakan dialog untuk menyelesaikan masalah.
“Dengan tetap menghormati prinsip non intervensi, sejak awal ASEAN telah menawarkan bantuan kepada Myanmar. Dialog harus diupayakan untuk mengembalikan demokrasi, perdamaian, dan stabilitas di Myanmar,” tutur Menlu Retno.
Berdasarkan laporan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), demonstrasi menentang kudeta militer di Myanmar telah menumpahkan darah banyak warga sipil.
Dalam 2 bulan aksi demonstrasi, sekitar 510 orang warga telah tewas dibunuh aparat, tak peduli anak-anak atau orang dewasa.
Sementara itu, televisi pemerintah justru menyebut bahwa kerumunan demonstran adalah “teroris yang kejam”. Sejak lama, militer Myanmar memang telah mengklaim diri sebagai satu-satunya institusi yang mampu menjaga persatuan nasional.
Namun, saat partai Aung San Suu Kyi menang dalam pemilu, militer menuduh pemilu dilaksanakan secara curang dan melangsungkan kudeta militer. []