Sudah Beristirahat Tapi Tubuh tetap Terasa Lelah ? Begini Penjelasannya
Lelah adalah hal yang wajar. Bagaimana pun, tubuh memiliki batas. Saat batas itu terlewati, kelelahan pun muncul. Karena itulah, kita membutuhkan istirahat, atau tidur, untuk mengembalikan energi tubuh. Biasanya, setelah tidur atau cukup istirahat, tubuh kita pun kembali bugar, dan energi kembali datang.
Namun, ada kalanya orang mengalami lelah meski sudah tidur dan istirahat. Jika lelah itu muncul terus menerus, bisa jadi itu gejala chronic fatigue syndrome (CFS). Apa itu CFS?
CFS adalah kondisi melemahkan yang membuat orang merasa selalu lelah, dan secara mental tak benar-benar bugar. Tidur tidak benar-benar membantu meringankan gejala kondisi yang punya nama lain myalgic encephalomyelitis (ME) ini.
Kondisi yang dialami sekitar 17 juta orang di seluruh dunia ini bisa menyebabkan masalah berkelanjutan dengan kelelahan, sakit kepala, dan nyeri tubuh yang benar-benar dapat memengaruhi hidup. Namun, sering kali orang tidak memperhatikan ini, bahkan menyalahartikannya.
Hingga kini, para dokter belum satu suara soal apa sebenarnya yang menyebabkan CFS. Penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif mungkin penyebabnya.
Akan tetapi hipotesis itu sulit dipelajari, karena tidak mungkin mengetahui siapa yang akan terjangkit virus. Peneliti pun perlu memeriksa kondisi fisiologis sebelum, selama, dan setelah respons imun terjadi.
Sebuah penelitian terbaru dalam jurnal Psychoneuroendocrinology menggunakan pendekatan baru untuk mengatasi masalah ini. Karena sering tidak jelas kapan CFS benar-benar berkembang, para peneliti menilik penyakit lain yang punya gejala utama mirip dengan CFS.
Carmine Pariente, profesor psikiatri biologis di King’s College London, memimpin penelitian ini.
Kata Pariante, dalam banyak kasus CFS, pasien ingat pernah menderita flu parah atau infeksi viral lain pada tahap awal mengalami kondisi tersebut. “Cukup lama sudah kami memiliki informasi ini, tapi belum mengetahui apa yang terjadi dalam tubuh pasien-pasien ini,” ujarnya.
Bersama tim, ia merekrut 55 pasien dengan Hepatitis C kronis (HCV). Seluruh pasien diminta mengonsumsi obat Interferon alfa—obat yang biasa digunakan untuk mengatasi HCV—enam sampai 12 bulan.
Kemudian, periset mengamati pasien saat mereka pulih. Enam bulan setelah pengobatan berakhir, 18 pasien melaporkan rasa lelah yang lebih parah daripada sebelum penelitian dimulai.
Sebelum pengobatan, para pasien ini memiliki tingkat kelelahan yang sama seperti pasien lain. Tetapi setelah pengobatan dimulai, kelelahan mereka lebih parah, dan bertahan selama berbulan-bulan setelahnya.
Tampaknya ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Pada 18 pasien ini, para peneliti menemukan respons kekebalan tubuh yang jauh lebih besar, baik sebelum dan selama pengobatan.
Temuan menunjukkan, beberapa sistem kekebalan tubuh lebih ‘prima’ untuk memberikan tanggapan ekstra terhadap infeksi. Pada gilirannya, ini dapat menyebabkan kelelahan yang tak berkesudahan.
Tapi anehnya, enam bulan setelah pengobatan, respons kekebalan tubuh yang meningkat ini menghilang, meskipun beberapa pasien masih menderita kelelahan yang terus-menerus.
Ketika para peneliti mengamati pasien yang kelelahan, mereka melihat kejanggalan yang serupa: tidak ada perbedaan jelas dalam sistem kekebalan tubuh dari 54 pasien CFS dibandingkan dengan 57 orang sehat.
Peneliti menduga, pada saat penyakit seperti CFS berkembang, tidak ada lagi perbedaan yang dapat dideteksi yang menetap dalam sistem kekebalan tubuh.
Ini bisa jadi salah satu alasan mengapa CFS sangat sulit dikenali dan didiagnosis pada tahap awal. Karena pada saat kita menyadari ada sesuatu yang salah, banyak petunjuk justru menghilang.
“Sebagai kesimpulan, temuan dari penelitian ini mendukung hipotesis bahwa mekanisme kekebalan tubuh tidak normal berperan penting dalam CFS, tetapi hanya di awal perjalanan penyakit. Kira-kira pada waktu terjangkit, bukan saat sindrom ini terbentuk,” catat para penulis.
“Selain itu, penelitian kami menegaskan pentingnya respons kelelahan akut terhadap pemicu, daripada periode pemulihan sebelum penyakit.”
Para peneliti berharap temuan ini bisa memberi para peneliti beberapa petunjuk tentang penyebab pasti, dan kemungkinan perawatan untuk CFS. Michael Sharpe, seorang profesor kedokteran psikologis di Oxford University mengatakan kepada The Guardian.
“Jika hal itu dipicu oleh respons kekebalan tubuh yang abnormal atau berlebihan, jika kita bisa menemukan cara untuk mengurangi respons kekebalan itu, kita mungkin menghentikan kasus-kasus yang tak disengaja,” kata Sharpe.
Jika Anda merasa lelah berkepanjangan, coba cek daftar gejala CFS berikut. Termasuk di antaranya ingatan melemah, tubuh terasa tak bugar setelah berolahraga, sakit kepala berlebihan, dan aktivitas rutin terasa berat. []