Sudah Setara dengan Hong Kong dan Singapura, Indonesia Dipertimbangkan Menjadi Pusat Bisnis Data Center di Asia
JAKARTA – Data Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo pada 2018 melaporkan sebanyak 2.700 pusat data (data center) ada di seluruh Indonesia.
Namun, hanya 3 persen dari total jumlah data center tersebut sudah berstandard internasional, dan 65 persennya sudah memiliki potensi terjadinya data leaked (kebocoran data).
Saat ini, ada lebih dari 80 commercial data center di Indonesia dengan luas sekitar 185 ribu meter persegi, yang terletak di lebih dari 20 provinsi dengan total presentase yang digunakan kurang dari 60 persen, serta total investasi mencapai US$500 juta (Rp7,2 triliun).
Dengan dimikian, Indonesia kini dipertimbangkan sebagai salah satu lokasi yang potensial untuk perluasan bisnis data center di Asia sebagai the next hub, setelah Singapura dan Hong Kong.
“Bisnis data center mengundang pelaku bisnis lokal maupun global untuk ikut terjun dalam bisnis, baik dalam bentuk joint venture maupun direct investment, dan pembentukan anak perusahaan. Kita banyak dipertimbangkan pemain global sebagai the next hub,” ungkap EVP Wholesale Service Telkom, Erik Orbandi, Selasa, 18 Januari 2022.
Tren terbaru data center saat ini meliputi konsep breakthru untuk memberikan diferensiasi dan mengindikasikan keseriusan dalam memberikan fasilitas data center yang bertaraf global dan modern, di antaranya Green DC, Hyperscale DC Infra, dan Multiple DC Location.
Bahkan, Telkom memiliki data center dengan konsep eco yang dilengkapi koneksi lancar dengan pusat data berkapasitas besar (hyperscale data center) yang telah dibangun di lokasi Cikarang, Jawa Barat.
Sejalan dengan tingginya kebutuhan internet dan produk digital masyarakat di Indonesia mendorong Telkom untuk mengakomodasi terbentuknya ekosistem digital. Salah satunya melalui ekosistem data center dan edge, di mana Neucentrix merupakan bagian dari ekosistem tersebut.
Dengan lokasi Neucentrix yang tersebar di domestik dan global, maka memudahkan pelanggan dalam backup data. Untuk environment Neucentrix dilakukan backup data secara periodik sehingga pelanggan bisa memiliki opsi untuk mendapatkan layanan primary data center sekaligus data recovery site data center.
“Jadi, keamanan data yang disimpan di Neucentrix dapat lebih optimal,” tutur dia.
Selanjutnya, Erik menambahkan pelanggan akan lebih mudah memilih akses collocation-nya dari data center yang telah tersebar di lokasi domestik dan global. Semua data center Neucentrix terletak di lokasi strategis dan sangat mudah diakses, seperti Tier-3 Neucentrix domestik yang saat ini tersedia di Batam dan Jakarta, dua lokasi yang memiliki sumber daya dan konektivitas yang andal dengan tingkat pemadaman minimum.
Soal keselamatan, semua data center Tier 3 Neucentrix telah dilengkapi dengan sistem pencegahan dan pemulihan untuk berbagai jenis ancaman, termasuk bencana alam, kebocoran air, dan kebakaran. Ada juga sistem pendeteksi asap aspirasi VESDA – untuk peringatan dini – yang dipasang di bawah dan di atas lantai di setiap fasilitas.
Di luar Indonesia, Data Center Telkom Group dikelola oleh Telin sebagai anak perusahaan Telkom yang bergerak di bisnis internasional. CEO Telin, Budi Satria D Purba mengungkapkan, dalam pemilihan data center, perusahaan harus mempertimbangkan faktor reliability dan security. Di mana keduanya menjadi aspek sangat krusial yang perusahaan dan penyedia layanan data center tidak bisa kompromi.
Di samping itu, perusahaan juga harus mempertimbangkan aspek netralitas, lokasi, serta dukungan infrastruktur seperti konektivitas jaringan komunikasi domestik maupun global. Untuk urusan konektivitas global, Telin memiliki konektivitas kabel bawah laut internasional sepanjang 207 ribu km di seluruh dunia yang mendukung dalam penyediaan infrastruktur untuk Data Center Telkom Group.
“Saat ini layanan security Telin sudah digunakan oleh berbagai perusahaan domestik dan luar negeri seperti di e-commerce, perbankan dan keuangan, serta lembaga pemerintahan,” jelas Budi. []