Tak Hanya Menjangkau Kota -Kota Besar di Indonesia, Melalui Tangan Ketiga, Kerapu Lamongan Tembus Hong Kong dan Amerika
LAMONGAN – Sebagai kawasan yang secara geografis memiliki daerah pesisir, memiliki banyak permukaan tanah di dataran rendah, membuat Kabupaten Lamongan punya sumberdaya alam perikanan.
Potensi SDA tersebut berupa ikan tangkapan maupun ikan budidaya.
Ada budidaya ikan bandeng, jaer, tombro, juga udang vanamei yang tersebar di 7 kecamatan, kini ada lagi budidaya ikan khusus kerapu dan hanya ada di Desa Labuhan, Brengkok, dan Desa Lohgung Kecamatan Brondong.
Bahkan lantaran produksinya melimpah dan areanya hanya ada di Pantura Brondong, dua desa itu dikenal dengan nama Kampung Kerapu.
Menukil Harian Surya, data dari Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, budidaya di Kampung Kerapu ini sudah tercatat dalam Kepmen Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) nomor 16 Tahun 2022 tentang Kampung Perikanan Budidaya.
Luas area tambak ikan kerapu ini sekitar 250,75 hektare. Dan yang luar biasa, di atas lahan tersebut, para pembudidaya mampu meraup nilai produksi hingga Rp. 110, 723 milyar pada tahun 2021, dengan pangsa pasar lokal dan ekspor.
Kampung Kerapu Labuhan tersebut menarik perhatian Bupati Lamongan Yuhronur Efendi. Ia mengapresiasi potensi luar biasa yang dimiliki Kampung Kerapu Labuhan.
“Dari melihat produksi yang dilakukan, dan saya tau sendiri tadi yang dipanen, kemudian kapasitas produksinya, kapasitas pengiriman dan distribusi pemasarannya, ini sudah luar biasa. Ini potensi yang sangat-sangat amat mampu diperhitungkan,” ungkap Yuhronur Efendi saat bertandang ke Kampung Kerapu, Rabu (26/10/2022).
Selain untuk meninjau bagaimana pengelolaan dan budidaya kerapu, Kaji Yes juga ingin mendengarkan aspirasi pembudidaya.
Kedatangannya ke Kampung Kerapu juga untuk menjawab kegelisahan petani tambak budidaya ikan di Labuhan akan alih fungsi lahan dari budidaya menjadi industri.
“Memang kawasan ini sesuai dengan rencana tata ruang dan tata wilayah adalah dipergunakan untuk budidaya, sehingga akan tetap kami jaga sesuai peraturan daerah yang ada. Masyarakat dapat memaksimalkanpotensi yang ada,” ungkapnya.
Ia juga mendorong para petambak untuk terus meningkatkan kerjasama dengan berbagai lini, termasuk civitas akademika, guna mengembangkan kualitas produksi, serta bisa mempertahankan peluang ekspor ke lebih banyak negara.
“Saya melihat lahan di Labuhan ini sangat produktif dan punya potensi untuk budidaya berbagai jenis ikan, termasuk produksi garam.
“Masyarakat harus terus didorong supaya hasil produksinya lebih baik lagi, ” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, Yuli Wahyuono menambahkan, bahwa volume produksi ikan kerapu di Lamongan tiap tahun trendnya meningkat, dari 950,7 ton di tahun 2019 menjadi 1.350, 3 ton pada tahun 2021.
“Jumlah produksinya terus meningkat, nilai produksi juga tentunya meningkat, ” katanya.
Jadi, masih kata Yuli, pada tahun 2019 nilai produksi kerapu yang semula sebesar Rp. 80,454 milyar menjadi Rp. 110,723 milyar.
“Ini untuk pemasaran hidup ke kota-kota besar di Indonesia, terutama untuk pangsa pasar hotel dan restoran,” ungkap Yuli.
Salah satu perwakilan dari Aliansi Pembudidaya Ikan, Soekarno, mengungkapkan, warga Labuhan merasa sangat diuntungkan dengan adanya budidaya kerapu.
Meski ada budidaya lain seperti garam, udang, dan bandeng, namun lanjut Soekarno, budidaya ikan kerapu sangat menjanjikan dan mampu menghasilkan income yang nilanya lebih besar.
Meski melalui tangan ketiga, Kerapu Labuhan sudah mencapai pasar ekspor hingga ke Hongkong dan Amerika. Sedang pasar domestik seperti Jakarta, Semarang, Jogja, dan Surabaya tetap tidak ketinggalan.
Ditambahkan, Kampung Kerapu Labuhan juga pernah menjadi rujukan studi dari berbagai daerah, seperti Kabupaten Padang, hingga manca negara Brunei Darussalam.
“Kami sangat diuntungkan dengan budidaya kerapu ini. Kami berharap Kampung Kerapu dilindungi, agar dapat berproduksi lebih besar lagi. Jangan sampai lahan tergerus oleh berdirinya industri, ” pungkasnya.[]