Tentang Shiratal Mustaqim
JAKARTA – Jembatan Shirathal Mustaqim adalah titian yang akan dilalui tiap manusia di yaumul akhir. Setelah ditimbang amal perbuatannya, setiap manusia disyaratkan berjalan melewati jembatan ini.
Melansir detik.com, Rasulullah SAW memberi gambaran jembatan Shirathal Mustaqim dalam hadis yang diceritakan Abu Sa’id al-Khudriy,
“Aku diberitahu bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR Muslim).
Gambaran lain tentang jembatan Shirathal Mustaqim adalah yang terdapat dalam hadis berikut:
“Licin lagi menggelincirkan, di atasnya terdapat besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, Ia bagikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan. Dan dibentangkanlah jembatan di atas permukaan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah, selamatkanlah.” Pada shirath itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dan. “Pernahkah kalian melihatnya?” Para sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah.” Maka ia seperti duri pohon Sa’dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT. Ia menempatkan manusia sesuai dengan amalan mereka. (HR Bukhari).
Manusia digambarkan melalui jembatan tersebut sesuai amalannya di dunia. Sebagian melaluinya dengan cepat dan ringan, namun ada juga yang lambat dan penuh luka. Sebagian tak mampu melintasi hingga ujung jembatan.
Rasulullah SAW bersabda: “Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shirath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat”. Aku bertanya: “Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang. Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirath sambil berkata: “Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak”. Beliau menuturkan (lagi): “Di kedua belah pinggir shirath terdapat besi pengait yang bergatungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. (HR Muslim).
Digambarkan dalam hadis ini, setiap manusia melewati jembatan Shirathal Mustaqim sesuai dengan amalannya. Mereka yang selalu taat perintah Allah akan melewatinya dengan cepat dan selamat, namun berbeda dengan hamba-Nya yang abai.
Jembatan Shirathal Mustaqim disebut-sebut menjadi penghubung antara surga dan neraka. Shirathal itu dibangun diatas neraka jahannam. Ada yang melewatinya dengan cepat, ada pula yang sangat lambat.
Dikutip dari m.dream.co.id, menyeberangi jembatan yang terbentang di dua punggung Neraka Jahannam ini tidak hanya dialami oleh umat Islam dari kaum Nabi Muhammad SAW saja. Melainkan juga umat beriman dari para Nabi sebelumnya, baik mereka yang imannya sejati, maupun mereka yang suka berbuat maksiat dan kaum munafik. []