April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Terapkan Ilmu Dari Malaysia, Rasa dan Aroma Ikan Bakar Pak Syawal Beda dengan Yang Lainnya

3 min read

SUKOHARJO – Pulang dari perantauan, seringkali bukan hanya berupa uang yang dibawa pulang. Tak jarang, ilmu dan pengalaman selama di perantauan, membuat seseorang sukses di kampung halaman.

Pak Syawal salah satunya. Pria yang kini berusia 53 tahun ini mengaku berjualan ikan bakar karena terinspirasi dari pengalamannya selama bekerja di Malaysia.

“Padahal saya dulu kerjanya di bangunan. Karena tertarik dengan membuat ikan bakar, tiga tahun terakhir saya di Malaysia, saya berganti bekerja ikut orang jual ikan bakar” tutur Syawal mengawali percakapan dengan Apakabar Online pada Minggu (10/10/2021) kemarin.

Syawal tertarik membuka usaha ikan bakar lantaran saat pulang ke kampunghalamannya, jarang sekali menemukan lapak kuliner dimaksud.

“Kalaupun ada jauh banget dan rasanya beda banget dengan yang saya rasakan selama di Malaysia” tuturnya.

Saat itulah, berawal dari guyonan dia dengan istrinya, saat kembali ke Malaysia usai menikmati cutinya, Syawal berpindah pekerjaan ikut penjual ikan bakar.

“Tiga tahun saya belajar dari orang Malaysia. Saya ikut kerja di warungnya, ibaratnya digaji murah gak papa asal bisa hidup” lanjutnya.

Setelah merasa yakin dengan bekal ilmu bakar ikan, April 2010, Syawal memutuskan untuk pulang ke kampung halaman seterusnya.

“Awalnya saya hanya beberapa kilo, beberapa bulan berjalan, kira-kira masuk Agustus 2010, alhamdulilah omsetnya mulai meningkat dan pelanggannya bertambah banyak” terang Syawal.

Sebelum pandemi, dalam sehari usaha ikan bakar Syawal bisa mengantongi omset diatas 5 juta dengan keuntungan bersih rata-rata 1,5 juta.

“Keuntungan tersebut saya maksimalkan untuk pengembangan. Dinikmati untuk dimakan seperlunya saja. Dan saya bersyukur, istri saya sangat mendukung. Sampai bisa digunakan untuk membeli ruko ini pada 2018 kemarin” imbuhnya.

Namun sayangnya, saat pandemi mendera, bukan hanya omset usaha Syawal yang turun, bahkan sempat hilang sama sekali lantaran tidak berjualan. Pandemi mendera, Syawal juga kehilangan istri tercintanya, perempuan yang selama ini berada di belakang Syawal dengan segenap dukungan dan dorongannya hingga bisa membuat Syawal berada dalam kondisi seperti sekarang ini.

“Itu cobaan terberat saya mas. Tidak menyangka, pas sedang merencanakan akan kembali membuka warung, Istri saya sakit dan dinyatakan positif corona. Sejak saat itu saya sudah tidak bisa lagi melihatnya karena diisolasi. Jenazahnyapun tidak boleh dibuka” kenang Syawal diantara linangan air matanya.

Syawal mengaku, butuh waktu berbulan-bulan sejak kepergian istrinya pada November 2020 kemarin hingga dirinya bisa bangkit kembali.

“Saya ingat masih punya tanggungan anak. Tiga anak saya yang mentas baru satu. Yang dua masih kuliah” lanjutnya.

“Anak-anak saya itulah yang membuat saya bangkit lagi. Saya merasa, jika saya terus menerus diam dan terpuruk, sama halnya saya membuat anak-anak saya juga terpuruk” terangnya.

Terhitung mulai Juni 2021 kemarin, Syawal berusaha bangkit dan menjalankan kembali warung ikan bakarnya, tanpa didampingi istri tercinta.

“Sekarang masih berat untuk bisa ngomset seperti dulu mas. Situasinya baru saja bisa buka dari pagi sampai jam 9 malam. Jadi, saat ini sehari omsetnya 1 juta saja sudah bagus” aku Syawal.

Syawal bersyukur, dirinya telah mengambil keputusan yang tepat, pulang ke kampung halaman dengan membawa ilmu, modal dan kemudian membuka usaha. Syawal mengaku turut prihatin dengan nasib teman-temannya sesama PMI yang sampai sekarang masih bertahan di Malaysia, atau setidaknya yang bisa pulang dari Malaysia selama pandemi.

“Mereka  banyak yang kesulitan ekonomi mas” tuturnya.

Bagi Syawal, perhitungan, ilmu dan keberanian merupakan hal penting bagi seseorang untuk mengubah nasibnya. []

 

 

Advertisement
Advertisement