Terbongkarnya Nestapa yang Menimpa Ratusan PMI, Membongkar Lingkaran Perdagangan Manusia di Kamboja yang Melibatkan Pelaku dan Korban dari Berbagai Negara
HONG KONG – Kamboja akan lebih keras dan ketat lagi dalam menanggulangi dan mengawasi kasus perdagangan orang yang belakangan semakin marak dan melibatkan orang-orang dari beberapa negara.
Kementerian Luar Negeri Kamboja dalam pernyataannya pada Minggu (28/08/2022) mengungkapkan, beberapa kedutaan asing telah mendesak penyelidikan atas kasus perdagangan orang di Kamboja, dan meminta Kementerian membantu warga mereka yang telah tertipu dan jatuh ke dalam kerja paksa di Kamboja.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Chum Sounry mengatakan kepada wartawan bahwa permintaan datang dari kedutaan besar Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Nepal, Pakistan, Filipina dan Thailand. Kementerian secara aktif menanggapi permintaan tersebut dan bekerja dengan otoritas terkait untuk menyelesaikan insiden tersebut.
“Kementerian telah bekerja sama dengan instansi terkait untuk segera mengambil tindakan jika ada kecurigaan adanya kegiatan perdagangan manusia,” katanya, seperti dikutip dari Vietnam Plus.
Geng kriminal telah menggunakan kelemahan Kamboja untuk melakukan penipuan yang melibatkan para pencari kerja. Menteri Dalam Negeri Sar Kheng mengatakan saat ini pemerintah fokus untuk menangani para penjahat ini.
Kasus perdagangan orang di Kamboja semakin meningkat. Pada Agustus tahun ini, pihak berwenang telah melakukan operasi untuk campur tangan dalam tujuh kasus perdagangan manusia dan menyelamatkan 26 orang dari enam kebangsaan yang berbeda.
“Sebanyak 23 tersangka dari empat negara berbeda telah ditahan di provinsi Preah Sihanouk, Pursat, Svay Rieng dan Oddar Meanchey,” kata Kheng.
Total sejak 1 Januari hingga Agustus 2022, pihak berwenang Kamboja telah menyelamatkan sekitar 865 orang asing dari perdagangan manusia dalam 87 kasus yang terjadi di negara itu.
Para pencari kerja asing ini ditipu melalui media sosial untuk melintasi perbatasan secara ilegal ke Kamboja, dengan janji pekerjaan bergaji tinggi.
Ternyata, mereka dipaksa untuk bekerja di perusahaan perjudian online ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.
Kheng mengatakan, para penjahat telah memperdagangkan dan memindahkan mereka dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau dari satu kelompok ke kelompok lain. Mereka mengalami kekerasan dan intimidasi jika mereka tidak mematuhi perintah.
Kheng mengutuk tindakan tidak manusiawi ini, dengan mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen kuat untuk memerangi kejahatan ini. []