Tingkatkan Ekspor Buah ke Hong Kong, Pemerintah Kembangkan Kebun Hortikultura di Pulung Ponorogo
PONOROGO – Pemerintah kembali melanjutkan pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor untuk meningkatkan ekspor kelompok barang tersebut.
Pengembangan kali ini dilakukan di Desa Pulung, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur setelah sebelumnya dilaksanakan di Kabupaten Bener Meriah, Aceh pada 18 Februari 2020.
“Sesuai dengan arahan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, inisiasi dan kerja sama kemitraan yang dilakukan oleh Kemenko Perekonomian ini dilakukan sebagai langkah untuk meningkatkan pemerataan ekonomi di daerah dan meningkatkan ketersediaan sumber pangan yang berkualitas,” tutur Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam pembukaan rangkaian kegiatan penanaman perdana pengembangan komoditas hortikultura, Kabupaten Ponorogo, dikutip dari keterangan pers pada Sabtu (03/04/2021).
Susiwijono mengatakan program ini akan menjadi role model manajemen agribisnis yang lebih baik melalui kemitraan dengan pelaku usaha yang sudah memiliki kompetensi untuk ekspor.
BPS mencatat sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 13,70 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (19,88 persen).
Pada periode Januari sampai Februari 2021, ekspor Sektor Pertanian mencapai US$650 juta atau naik 10,17 persen dibandingkan dengan periode Januari-Februari 2020 yang bernilai US$590 juta.
“Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia serta terbukti tangguh dan resilien di masa pandemi Covid-19,” lanjut Susiwijono.
Sementara itu, selama masa pandemi Covid-19 pada 2020, realisasi ekspor buah-buahan mencapai US$389,9 juta yang terdiri atas buah-buahan segar dan olahan di 2020,terdapat sebesar 389,9 juta. Secara terperinci, nilai ekspor buah segar mencapai US$96,3 juta atau naik 30,31 persen dibandingkan dengan 2019.
Susiwijono mengatakan kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk buah-buahan Indonesia diminati oleh pasar global. Dengan demikian, produk ini perlu dikembangkan agar berdaya saing dan meningkat kontribusinya terhadap ekspor nasional.
Dari total ekspor buah-buahan segar dan olahan pada 2020, ekspor produk olahan nanas memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan buah segar dan olahan lainnya, yaitu sebesar 70,30 persen. Sedangkan untuk ekspor buah-bahan segar, ekspor pisang memberikan kontribusi sebesar 6 persen terhadap total ekspor buah-buahan segar.
“Terdapat 5 negara tujuan utama ekspor utama produk buah-buahan Indonesia, yaitu China, Hong Kong, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Pakistan,” uja Susiwijono.
Namun pengembangan hortikultura di Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan, seperti lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan petani, terbatasnya modal, kurangnya pendampingan dan inovasi teknologi, serta rendahnya daya saing dan kurangnya akses pasar.
Karena itu, kerja sama kemitraan dengan petani perlu didorong agar petani dapat terbantu dalam merancang pola produksi hingga pemasaran sehingga petani menjadi mandiri dan tangguh.
Sebagai program prioritas, Kemenko Perekonomian akan mengkoordinasikan melalui integrasi kebijakan, yaitu penyediaan lahan melalui optimalisasi kebijakan pemanfaatan lahan Perhutanan Sosial, peningkatan produksi, mutu dan daya saing produk, dan peningkatan akses pembiayaan petani melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Selain itu, peningkatan akses pasar melalui e-commerce, dukungan logistik, pembangunan sarana prasarana/infrastruktur transportasi, serta dukungan kebijakan tarif dan perdagangan internasional juga menjadi prioritas yang dilakukan Kemenko Perekonomian.
Model kemitraan dengan PT Great Giant Pinneapple (GGP) merupakan salah satu contoh terobosan strategi untuk membangkitkan animo petani pisang untuk terjun ke dalam agribisnis berorientasi ekspor.
Namun, pola kemitraan ditekankan pada pendekatan Creating Shared Value (CSV) yaitu keterpaduan peran dari semua pihak yang terlibat untuk memberikan nilai tambah.
Sampai saat ini, pengembangan kawasan hortikultura berorientasi ekspor telah dilakukan di 5 lokasi, yaitu Kabupaten Tanggamu di Provinsi Lampung, Kabupaten Jembrana di Bali, dan Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Sementara di Provinsi Jawa Timur berlokasi Blitar dan Bondowoso, dan hari ini di Kabupaten Ponorogo dikembangkan kawasan yang serupa di lahan seluas 2 hektare.
Penanaman Perdana Pengembangan Kawasan Hortikultura di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur merupakan hasil koordinasi dan kerja sama beberapa kementerian dan lembaga yakni Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Selanjutnya, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Pemerintah Kabupaten Blitar, BNI, BRI dan Bank Mandiri, Jamkrindo, Askrindo, serta PT GGP.
Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan secara simbolis dukungan prasarana dan sarana produksi dari Kementerian Pertanian, KUR dari Himbara serta Corporate Social Responsibility (CSR) berupa alat semprot obat pertanian dari BNI, CSR berupa gapura Desa Pulung dari BRI dan CSR berupa cultivator dari Mandiri, CSR berupa alat angkut roda tiga dari Jamkrindo dan Askrindo. []