April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tradisi Ngopi Di Kampung PMI Penghasil Kopi Di Wonogiri

3 min read

WONOGIRI – Kini, menyeruput kopi tak lagi menjadi bagian dari gaya saja. Fakta kopi baik untuk kesehatan membuat orang menjadikannya sebagai konsumsi rutin sehari-hari. Indonesia, memiliki ragam jenis kopi dari berbagai daerah. Salah satunya adalah kopi asal Wonogiri, Jawa Tengah.

Sayang sekali, meski di Wonogiri menghasilkan jenis kopi seperti Arabica Conto, Robusta Brenggolo, dan Robusta Semagar, Anda akan sulit mencari kedai kopi di sini.

Padahal, menurut Yosef Bagus Adi, seorang panitia penyelenggara acara “Wonogiri Nduwe Kopi” (Wonogiri Punya Kopi), produk lokal mulai mendapatkan perhatian di kedai kopi lokal.

“Industri kopi Wonogiri menjadi sangat populer dalam dua tahun terakhir, ”kata Bagus.

Hal senada diungkap oleh Wakil Bupati Wonogiri, Edy Santosa.

Dia mengatakan bahwa kopi Wonogiri memiliki potensi untuk dipasarkan secara nasional.

Kabupaten Wonogiri, menurut Edy, juga berencana untuk mengembangkan pariwisata kopi dengan mendirikan desa kopi di Bulukerto, Girimarto dan Jatistrono.

Ribuan tanaman kopi yang tumbuh di daerah tersebut, semua ditanam dan dipelihara oleh sekitar 200 petani kopi.

“Kami akan menggabungkannya dengan ekowisata dan mengajak wisatawan untuk melihat bagaimana kopi diproses. Ini akan menjadi program yang menarik bagi wisatawan, ”tambah Eddy.

Petani kopi juga muncul di daerah lain di luar kabupaten Bulukerto, di Girimarto, dan Jatisrono. Para petani di kedua kabupaten tersebut telah datang dengan beberapa produk kopi seperti Kowi (Kopi Wonogiri, Wiji, Brenggolo dan Ndomblong.

“Ada 20 petani kopi di Bulukerto dan 15 di Girimarto yang menanam kopi Arabika dan Robusta,” terangnya.

Seperti yang dilakukan oleh Sular, salah satu petani kopi Dusun Sumber, Desa Conto, Kecamatan Bulukerto yang sudah 30 tahun menanam kopi.

Sejak sekitar 1990 silam, Sular memang sudah menanam kopi. Sekarang, dia memiliki 200 batang pohon kopi di lahan seluas dua hektare. Sebatang pohon kopi mampu menghasilkan sekitar 15 kilogram biji kopi setiap musim panen.

Buah kopi yang benar-benar matang untuk dipetik. Lalu, kopi dikupas untuk dipisahkan antara kulit dan bijinya.

Kemudian, biji kopi dijemur selama sepuluh hari. Setelah benar-benar kering, biji tersebut ditumbuk untuk memisahkan antara biji dengan kulit kerasnya. Biji kopi kering siap digoreng dan diolah menjadi kopi bubuk.

“Kopi saya tanam dengan sistem tumpang sari, di antara tanaman sayuran, wortel, kubis, tembakau dan lain-lain,” ujarnya.

Tidak hanya di Desa Conto, petani robusta lain juga ada di Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto.

Dijelaskan oleh Camat Jatiroto, Andhika, sedikitnya di Desa Brenggolo terdapat 30-an petani kopi. Para petani menanam kopi, baik dilahannya sendiri maupun di lahan Perhutani.

“Populasi tanaman kopi di Dusun Gemawang, Desa Brenggolo saat ini ada 23 ribuan. Ada yang di lahan petani sendiri dan ada yang dilahan Perhutani,” kata Andhika kepada Jawa Pos Radar Solo.

Bahkan, untuk menarik wisatawan dan memberi kesan Kampung Kopi, jalan masuk ke Desa Brenggolo ditanami pohon kopi.

Pembimbing Petani Kopi di Kecamatan Girimarto dan Bulukerto, Haryanto, mengatakan bahwa di Bulukerto saat ini ada sekitar 20 petani kopi. Sementara itu, di Girimarto ada sekitar 15 petani kopi dengan jenis yang ditanam mayoritas robusta dan arabica.

Kini, Anda bisa menikmati kopi dari Wonogiri di kedai-kedai yang ada di Wonogiri dan Solo.

Ada Kopi Sular, Kowi (Kopi Wonogiri). Untuk harga tergantung jenis kopi. Kopi Arabica dijual seharga Rp30.000 per saset ukuran 125 gram. Kopi Robusta dijual seharga Rp20.000 per saset ukuran 100 gram.

 

Pipo Londo, bukti sejarah kejayaan kopi Wonogiri

Kejayaan perkebunan kopi Wonogiri masih bisa Anda lihat dari saksi sejarah berupa bangunan tua berupa cerobong asap peninggalan zaman penjajahan Belanda.

Bangunan masih berdiri gagah. Hanya semen pelapis batu bata yang mengelupas. Dinding yang menghitam, sebagai bukti cerobong itu benar-benar sibuk beroperasi kala itu.

Dahulu, di sini adalah pabrik pengolahan kopi. Warga setempat menyebut cerobong asap tersebut dengan nama pipo londo.

”Ya, pipo londo itu peninggalan Belanda. Kata orang-orang tua, bekas pabrik kopi yang berdiri pada 1800-an,” kata Harsiman, 84, sesepuh Lingkungan Kasihan, Kelurahan Kasihan, Kecamatan Ngadirojo.

 

Jadi PMI Untuk Ngopi

Tak dipungkiri, Wonogiri merupakan salah satu pemasok pekerja migran di di Jawa Tengah ke berbagai negara penempatan. Meski tidak masuk hitungan lima besar se Jawa Tengah, namun Wonogiri terkenal dengan komunitas perantaunya.

Filosifi rejeki bisa dicari dimana saja di muka bumi memang benar. Namun demikian, dimata haryanto, sangat disayangkan, jika perantau asal Wonogiri “lupa Ngopi”.

“Banyaknya warga Wonogiri yang menjadi perantau semestinya bisa mengangkat hasil bumi asli Wonogiri, Kopi. Sebab, Wonogiri bukan hanya punya Mie ayam dan bakso Wonogiri saja.” Ujarnya

Haryanto berandai-andai, jika perantau asal Wonogiri bisa menjadi duta kopi, sudah barangtentu hal ini akan menggeliatkan nilai ekonomi kopi di Wonogiri, khususnya petani dan pekerja kebun dan industri kopi.  []

 

Advertisement
Advertisement