April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Tujuh Bandara Berstatus Internasional Berikut Jarang Layani Penerbangan Internasional

4 min read

JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengunjungi Bandar Udara Yogyakarta Internasional Airport ( YIA) di Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis lalu (29/8/2019). Bandara yang digarap oleh Angkasa Pura II ini pengerjaannya terbilang cepat: delapan bulan.

YIA berdiri di atas lahan sekitar 219.000 meter persegi dengan panjang landasan pacu 3.250 meter. Dibandingkan dengan Bandara Adisutjipto yang sudah lebih dulu ada di tengah Kota Yogyakarta, jelas bandara baru ini lebih besar, hampir tiga kali lipat.

Angkasa Pura II menargetkan YIA bisa mengakomodir 20 juta penumpang saban tahun. Per 13 Agustus 2019, 40 persen penerbangan ke dan dari Yogyakarta sudah dipindahkan dari bandara lama ke bandara baru. Semuanya adalah penerbangan domestik dari maskapai Lion Air dan Citilink.

Akhir tahun, rencananya bakal ada penerbangan internasional. Bandara ini juga bakal menjadi pusat lalu lintas udara di Kota Gudeg ini.

Di Indonesia, tercatat ada 34 bandara internasional yang tersebar di 29 provinsi. Dari seluruhnya, lima di antaranya tidak memiliki catatan penerbangan yang terekam dalam Statistik Transportasi Udar, Badan Pusat Statistik (BPS).

Bandara internasional terbagi dalam empat jenis. Pertama, bandara internasional utama yang tak memiliki batasan penumpang atau pun kargo untuk lalu lintas ke dan dari luar negeri. Kedua, bandara internasional regional, dengan hak angkut yang terbatas dan operasinya melalui perjanjian bilateral.

Selanjutnya, bandara penerbangan haji yang melayani keberangkatan dan kedatangan jemaah haji. Terakhir, bandara internasional kargo yang melayani angkutan kargo.

Dari 34 provinsi di Indonesia, provinsi terbanyak yang punya bandara internasional adalah Papua sebanyak empat bandara yakni: Bandara Frans Kaisiepo di Biak, Bandara Internasional Yos Sudarso di Nabire, Bandara Sentani di Jayapura, dan Bandara Mozes Kilangin di Tembagapura.

 

Bandara tersantai

Meski kelas internasional, belum tentu lalu lintas pesawat untuk penerbangan luar negeri sepadat Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, atau Bandara Ngurah Rai di Badung, Bali.

Bandara internasional apa saja yang paling santai dan sibuk melayani penerbangan luar negeri dibandingkan lainnya? (Semua data kedatangan dan keberangkatan adalah jumlah total sepanjang tahun 2017)

 

  1. Bandar Udara Internasional H. As Hanandjoeddin, Belitung

Bandara ini pada 2017 hanya melayani 11 penerbangan dari luar negeri dengan 1.089 penumpang dan 11 keberangkatan ke luar negeri yang membawa 924 penumpang. Satu rute keberangkatan yang dilayani yakni Belitung-Kuala Lumpur.

Bandara ini berusia tak lebih dari empat tahun dengan pembangunan seluruhnya dibiayai oleh pemerintah Kabupaten Belitung. Pada 2016, bandara ini resmi menjadi bandara internasional. Dua tahun kemudian, terjadi pemindahan pengelolaan dari pemerintah setempat ke PT Angkasa Pura II (AP II).

AP II menggelontorkan duit Rp400 miliar untuk terminal, apron, dan taxi way. Pembangunan dilakukan untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang di Bangka Belitung.

 

  1. Bandar Udara Internasional Sibolangit Siborong Borong, Tapanuli Utara

Bandara yang berada di Provinsi Sumatra Utara ini hanya melayani 16 penerbangan dari luar negeri dan 14 penerbangan ke luar negeri. Rute keberangkatan yang dilayani yakni Tapanuli Utara-Singapura dengan membawa total 571 penumpang.

Bandara yang sudah dibangun sejak 1995 ini akhirnya berpindah tangan dari pemerintah ke AP II pada 2012. Dengan demikian, status bandara ini secara otomatis berubah dari bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT) menjadi bandara komersial.

 

  1. Bandar Udara Internasional Pattimura, Maluku

Bandara ini melayani 20 penerbangan dari luar negeri dan 19 penerbangan ke luar negeri. Tidak diketahui angka penumpang dan negara tujuan penerbangan.

PT Angkasa Pura I tengah merenovasi bandara yang usianya sudah 40 tahun ini. Per Maret 2019, proyek renovasi bandara ini mencapai 50 persen. Gedung terminal yang semula memuat 800 ribu penumpang bakal bertambah hingga 1,5 juta penumpang. Luas bandara akan dibuat menjadi 16 ribu meter persegi.

 

  1. Bandar Udara Internasional Syamduddin Noor, Banjarmasin

Bandara ini melayani masing-masing 34 penerbangan internasional baik ke Indonesia maupun dari Indonesia ke luar negeri.

Pada musim haji, bandara ini menjadi pusat keberangkatan para calon jemaah dari Banjarmasin menuju Jeddah dan Madinah, Arab Saudi. Pada 2017, total ada 2.599 penumpang pergi ke Jeddah dan 2.911 penumpang pergi ke Madinah melalui bandara ini. Keduanya menggunakan maskapai Garuda Indonesia.

 

  1. Bandara Udara Internasional Eltari, Kupang

Bandara ini menerbangkan 38 pesawat masing-masing untuk penerbangan internasional dari Indonesia maupun ke Indonesia. Posisinya yang berada di Indonesia Timur membuat bandara ini strategis untuk melayani penerbangan ke Australia.

Pada 2017, sebanyak 14 orang berangkat ke Darwin dan 2 orang ke Towsnville, Australia melalui bandara ini. 179 lainnya berangkat ke Dili dan 6 orang lainnya pergi ke Canton, Tiongkok.

 

  1. Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang

Bandara ini melayani 46 penerbangan dari Tiongkok dan 47 penerbangan ke Tiongkok per 2017. Kota-kota tujuan keberangkatan seperti Chongqing (959 penumpang), Fuzhou (678 penumpang), Guiyang (1.028 penumpang), Hang Zhou (5 penumpang), Huanghua Changsha (345 penumpang), Kunming (932 penumpang), Wuhan (389 penumpang), dan Xiamen (684 penumpang).

Bandara ini laiknya pintu pariwisata bagi para pelancong. Pada awal 2017, sebanyak 538 penumpang datang langsung dari Tiongkok menggunakan pesawat carteran. Melihat pasar ini, Citilink pun pada tahun yang sama membuka penerbangan langsung ke Negeri Tirai Bambu.

 

  1. Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo, Biak Numfor

Di bandara ini, sebanyak 56 penerbangan tercatat datang dari luar negeri dan 50 lainnya berangkat ke luar negeri. Pada 2017, sebanyak 121 penumpang berangkat ke Darwin, Australia melalui bandara ini.

Untuk kelas internasional, bandara ini terbilang cukup sempit hanya seluas 1.367 meter persegi dengan kapasitas penumpang mencapai 100.000 orang per tahunnya.

Selain ketujuh bandara tersantai ini, ada pula bandara yang belum berstatus internasional tapi melayani penerbangan ke dan dari luar negeri yakni Bandar Udara Depati Amir, Pangkal Pinang

Bandara Depati Amir menerbangkan 23 pesawat ke luar negeri dan 21 pesawat dari luar negeri. Catatan Angkasa Pura yang dihimpun BPS menunjukkan hanya ada 12 penumpang yang berangkat untuk seluruh penerbangan luar negeri selama 2017. Pada 2019, bandara ini masih diusahakan menjadi bandara internasional.

Ada juga Bandar Udara Internasional Sultan Thaha Syarifuddin, Jambi yang menerbangkan 7 pesawat ke luar negeri dan sebanyak 8 pesawat dari luar negeri mendarat. Sebanyak 14 penumpang diangkut berangkat ke luar negeri pada 2017. []

Advertisement
Advertisement