Update Evakuasi Lion Air JT-610, Sudah 73 Kantong Jenazah Dikirim Ke RS Polri
Hingga hari kelima evakuasi kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP di Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/11/2018) malam WIB, tim SAR sudah berhasil mengumpulkan 73 kantong jenazah. Padahal pada siang harinya, kantong jenazah berjumlah 65 buah.
Seluruh kantong jenazah diserahkan ke RS Polri di Kramat Jati, Jakarta Timur, setelah diangkut ke Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara sebagai tempat transit. Meski begitu, seluruh kantong jenazah itu tidak berisi satu jasad utuh.
Setiap kantong berisi potongan tubuh korban. Itu sebabnya, menurut Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen Arthur Tampi kepada Liputan6.com, Rabu lalu (31/10), Tim Disaster Victim Identification (DVI) harus bekerja keras untuk mengidentifikasi korban.
Sejauh ini, tim DVI RS Polri sudah berhasil mengidentifikasi empat jenazah penumpang pesawat nahas bernomor terbang JT-610 itu. Pertama adalah Jannatun Cyntia Dewi, dan berikutnya secara beruntun Candra Kirana, Monni, dan Hizkia Jorry Saroinsong.
Seluruh jenazah yang telah diidentifikasi langsung diserahkan kepada pihak keluarga.
“Kami dari DVI (Disaster Victim Identification) turut berbelasungkawa pada keluarga almarhum, kami serahkan jenazah secara simbolis dan dokumen yang diperlukan seperti surat kematian dan dokumen lain yang diperlukan,” ucap Wakil Kepala RS Polri Kramatjati Kombes Pol Hariyanto, Jumat (2/11), dalam TribunJakarta.com.
Sementara pada hari keenam, Sabtu (3/11), tim SAR berhasil mengirim 10 kantong berisi potongan tubuh korban dan tiga bagian pesawat Lion Air dari Posko Tanjung Pakis di Karawang. Menurut Kasubdit Dokpol Polda Jawa Barat, AKBP Nelson, di Tanjung Pakis, ditemukan pula sejumlah barang milik korban pada Jumat (2/11) malam.
Namun, pengiriman ke tim DVI baru dilakukan pada hari ini. “Kami mengirimkan bagian tubuh dan properti melalui Basarnas. Itu adalah bentuk sinergitas operasi ini. Dibawa ke kapal besar, lalu dibawa ke Tanjung Priok dan ke RS Polri Kramat Jati,” kata Nelson dikutip Kompas.com.
Dari tiga bagian pesawat yang ditemukan, salah satunya adalah roda. Disiarkan Fokus Indosiar (h/t Liputan6.com), Tim SAR menemukannya di dekat bagian kotak hitam yang sudah diangkut pada Kamis (1/11). Roda dan sejumlah puing pesawat kemudian diangkat dengan peralatan KRI Banda Aceh.
“Roda dan puing-puing pesawat sudah kita berikan dan dibawa ke JICT. Kita akan mengangkat puing-puing yang sudah terdeteksi keberadaannya,” ujar Panglima Komandi Armada I TNI AL Laksamana Muda TNI Yudo Margono.
Penemuan ini memicu semangat tim SAR gabungan. Mereka pun fokus mencari di sekitar titik penemuan roda dan bagian kotak hitam. Bahkan untuk menggiatkan pencarian, anggota tim SAR gabungan pun ditambah.
“Jumlah personel ditingkatkan dari 858 menjadi 869 orang,” ujar Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro dalam siaran pers, Sabtu (3/11).
Masing-masing dari Basarnas 201 orang, TNI Angkatan Darat 40 orang, TNI Angkatan Laut 456 orang, TNI Angkatan Udara 15 orang, dan Polri 58 orang. Ada pula Petugas Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai 30 orang, Direktorat Bea Cukai 18 orang, Palang Merah Indonesia (PMI) 30 orang, Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla) 10 orang, Indonesia Diver Rescue Team lima orang, dan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Semarang enam orang.
Bahkan perlengkapan SAR juga bertambah. Jumlah kapal meningkat dari 45 menjadi 56 unit. Masing-masing kapal punya wilayah operasi tertentu.
Kawasan prioritas A1 melibatkan kapal Baruna Jaya dengan dukungan sejumlah KRI TNI Angkatan Laut. Sementara di daerah prioritas 1B, ada kapal Dunamos. Dua kapal tersebut memiliki sejumlah peralatan pemindaian canggih seperti scan sonar, multibeam echo sounder, ping locator, dan DGPS.
Penambahan personel dan kapal ini juga tak lepas dari keputusan Basarnas untuk memperluas area pencarian. Sebelumnya tim SAR gabungan fokus pada radius 10 mil laut dari titik jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, kini pencarian diperluas hingga laut di kawasan Bekasi dan Indramayu, Jawa Barat.
Penyelam kehilangan nyawa
Di sisi lain, seorang penyelam tim SAR gabungan bernama Syachrul Anto meninggal dunia saat tengah melakukan pencarian korban di perairan Karawang, Jumat (2/11). Dikabarkan Kumparan, Anto meninggal akibat dugaan dekompresi — situasi akibat tekanan udara dan peningkatan kandungan nitrogen dalam tubuh penyelam.
Anto adalah anggota Indonesia Diver Rescue Team. Pemimpin Indonesia Rescue Diver Team, Bayu Wardoyo, mengatakan koleganya kini sudah dimakamkan di kampung halamannya di Surabaya, Jawa Timur.
“Kita di bawah koordinasi ke Basarnas. Jadi yang mengurus semuanya ini Basarnas, mulai dari dibawa ke RS Koja sampai ke kampung halamannya, dimakamkan juga pakai cara Basarnas,” kata Bayu kepada VIVA di Pelabuhan JICT 2, Tanjung Priok Jakarta, Sabtu (3/11).
Diceritakan, Anto turun ke dasar laut untuk membantu evakuasi puing pesawat. Sekitar 10 menit kemudian atau pukul 16.40 WIB, penyelam lain melihat Anto berada di bawah serpihan pesawat.
Sementara, pada saat bersamaan, Kapal Basarnas melihat ada tabung mengapung di belakang kapal. Tim Basarnas mendekat untuk melihat apakah ada penyelam atau hanya tabung saja.
Saat itu lah Anto ditemukan dan langsung diangkut dengan kapal Victory. Dari kapal itu, Anto dibawa ke RSUD Koja, tapi mengembuskan napas terakhir pada pukul 19.30 WIB.
Aktivitas tim SAR gabungan adalah mengevakuasi korban dan tubuh pesawat dari perairan Karawang. Pesawat Lion Air bertipe Boeing 737 Max 8 jatuh setelah 13 menit mengudara dari Bandara Soekarno Hatta di Cengkareng, Tangerang, Banten, pada Senin (28/10) pukul 06.20 WIB.
Pesawat yang mengangkut 178 orang dewasa, 1 anak, dan 2 bayi, serta 8 awak kabin itu semestinya tiba di Pangkalpinang pukul 07.20 WIB.[]